Mohon tunggu...
Nadya Ananda
Nadya Ananda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

It’s never ourselves that we write for.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Hustle Culture: Budaya Gila Kerja pada Generasi Muda yang Dapat Berakibat Fatal

19 Oktober 2021   20:36 Diperbarui: 20 Oktober 2021   21:51 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya hidup ini memiliki berbagai dampak bagi kesehatan mental, emosional, dan fisik seseorang karena pada akhirnya dapat merusak keseimbangan antara kehidupan pribadi dan urusan pekerjaan (work life balance). Beberapa dampak buruk dari hustle culture yang berisiko terjadi di antaranya, seperti burnout (stres berat), depresi, kecemasan, kelelahan, hingga yang lebih ekstrem yaitu adanya pikiran untuk bunuh diri. 

Penelitian dampak hustle culture pada kesehatan fisik mengambil sampel subjek yang berasal dari beberapa negara, yaitu Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Cina. 

Kemudian hasilnya dipublikasikan di Current Cardiology Reports pada 2018 silam, menunjukkan bukti bahwa orang-orang yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu ditemukan memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, seperti infark miokard (serangan jantung) dan penyakit jantung koroner. Selain itu, mereka yang bekerja lebih dari 60 jam per minggu mengalami peningkatan cedera akibat kerja.

Sedangkan dampak pada kesehatan mental yaitu stres terus-menerus (burnout) yang kemudian dalam keadaan ini tubuh melepaskan hormon stres (kortisol) dalam jumlah yang lebih tinggi dan untuk periode yang lebih lama. 

Penelitian selanjutnya pada penduduk Jepang yang bekerja 80 hingga 99 jam per minggu diketahui memiliki risiko 2,83 persen lebih besar terkena depresi, yang mengarah pada perilaku tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan tidak aktif secara fisik. Dengan memaksakan diri untuk terus berpikir "go hard or go home", hustle culture menempatkan tubuh dalam keadaan fight or flight (Fadli, 2021).

Kelelahan di tempat kerja sudah menjadi sesuatu yang biasa terjadi di kalangan para pekerja. Sejalan dengan statement tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengidentifikasi kelelahan di tempat kerja sebagai "fenomena pekerjaan" yang mungkin memerlukan perhatian medis. Meskipun tidak digolongkan sebagai penyakit atau kondisi medis, burnout di tempat kerja tetap merupakan sindrom yang dijelaskan dengan baik oleh WHO.

Berdasarkan keterangan lembaga tersebut, "Kelelahan merupakan sindrom yang diartikan sebagai akibat dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola". Masih menurutnya lagi, burnout memiliki tiga karakteristik, yaitu: perasaan bahwa energi terkuras atau kelelahan, peningkatan jarak mental dari pekerjaan seseorang atau pikiran negatif tentang pekerjaan seseorang, serta tingkat profesional menjadi berkurang.

                       

Asosiasi Psikologi Amerika memprediksi bahwa lebih dari $500 miliar perekonomian Amerika Serikat terkuras akibat dari stres di tempat kerja. Lalu 60%  hingga 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh stres, serta lebih dari 80% pekerja diperkirakan mengunjungi dokter dengan keluhan stres. 

Sampai pada titik ini, jelas sekali stres di tempat kerja ada hubungannya dengan masalah kesehatan yang beragam, mulai dari sindrom metabolik hingga penyakit kardiovaskular hingga yang terparah adalah kasus kematian.

Salah satu penelitian berikutnya mengemukakan bahwa, semakin rendah strata seseorang dalam suatu tingkatan, maka semakin tinggi peluang mereka terkena penyakit kardiovaskular dan kematian akibat serangan jantung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun