Mohon tunggu...
Nadya Nafis
Nadya Nafis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Halo, my name is Nadya and this is my first blog. Hope you like it ! And enjoy it :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosialisme: Penerapan Paradigma Integrasi H.O.S. Cokroaminoto dalam Buku "Islam dan Sosialisme""

13 Juni 2024   11:37 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Bobo grid dan lazada

Sosialisme : Penerapan Paradigma Integrasi H.O.S. Tjokroaminoto dalam Buku "Islam dan Sosialisme"

Oleh : Nadya Nafis

Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa asal kata sosialisme yaitu dari bahasa Latin "socius", bermakna makker dalam bahasa Belanda yaitu "teman" dalam bahasa Indonesia dan Melayu. Dalam bahasa Jawa disebut kito, sedangkan dalam bahasa Arab adalah sahabat atau asyrat. Adapun sosialisme dalam KBBI adalah ajaran kenegaraan dan ekonomi yang mengusahakan agar harta benda, industri, dan perusahaan menjadi milik negara.

H.O.S. Tjokroaminoto dalam bukunya berjudul "Islam dan Sosialisme" (2003), menyebutkan bahwa paham sosialisme bertentangan dengan paham individualisme. Sebagai tokoh yang beragama Islam, dikemukakan pula dalam buku tersebut bahwa tidak ada sosialisme atau bentuk "isme" lainnya yang lebih baik, lebih elok bahkan lebih mulia, melainkan sosialisme yang berdasarkan Islam. Dalam buku ini beliau juga menyertakan buah pemikiran dari Bapak Sosialisme Karl Marx. Filsuf dan ekonom yang merupakan pelopor utama ideologi sosialisme ilmiah ini memberi gagasan bahwa sosialisme adalah sistem sosial ekonomi yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi dan distribusi kekayaan yang lebih merata pada masyarakat.

Meninjau gagasan yang dituangkan oleh Raja Jawa tanpa Mahkota ini, dibutuhkan sebuah penghubung antara Islam dan paham sosialisme. Maka adanya paradigma integrasi dapat menunjukkan bahwa antara ajaran-ajaran Islam dan paham sosialisme saling memiliki keterkaitan dan kesesuaian. Sedangkan tujuan dari pendekatan ini adalah dapat mengintegrasikan secara holistik antara nilai-nilai Islam dan ideologi sosialisme.

Dengan menggunakan teori pendekatan integrasi interkoneksi oleh Amin Abdullah (2010) , dapat mengidentifikasi penerapan paradigma pengintegrasian Islam dan sosialisme dalam buku Islam dan sosialisme (H.O.S. Tjokroaminoto) dengan lebih holistik. Dalam penerapannya peninjauan paradigma integrasi antara nilai-nilai Islam dan ideologi sosialisme digunakan tiga macam perspektif epistemologi, di antaranya epistemologi Bayani, epistemologi Burhani dan epistemologi Irfani.

Pertama dari perspektif epistemologi Bayani. Tantangan dalam perspektif ini yaitu mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dengan wahyu ilahi atau dengan dalil-dalil yang naqliy. Dengan Bayani dikemukakan bahwa ilmu pengetahuan harus didasarkan pada wahyu-wahyu ilahi yang mana tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai keagamaan. H.O.S. Tjokroaminoto menyatakan dalam bukunya  bahwa sosialisme dalam Islam didasari dengan  (Q.S. Al-Baqarah ayat 213) yang artinya "Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan)". Menurutnya dalam dalil ini tersirat integrasi sosialisme dalam Islam  yang mana pemersatu dalam pokok sosialisme adalah perikemanusiaan. Menggantungkan rasa kemanusiaan yang sempurna dalam persatuan, akan menciptakan usaha bagi setiap insan dengan rasa kemanusiaan untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan mereka semua. Ada lagi salah satu Firman Allah dalam Al-Quran yang memberikan perintah kepada umat manusia agar menciptakan perdamaian untuk keselamatan umat. Selain itu, dalam Al-Quran juga dinyatakan bahwa manusia ini dijadikan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan lalu Tuhan memisah-misahkan manusia menjadi beberapa golongan dan suku-suku agar dapat mengenal dan mengetahui satu sama lain dari sinilah arti tersirat dari sosialisme itu sendiri yang tertuang dalam kitab suci agama Islam.

Pendekatan paradigma integrasi Islam dan sosialisme yang selanjutnya dengan perspektif epistemologi burhani yaitu pengintegrasian antara ilmu pengetahuan yang ada dan alam semesta. Maka dengan perspektif burhani akan didapatkan sebuah integrasi yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman di alam semesta secara nyata. Sehingga dalam konteks mengintegrasikan Islam dengan sosialisme dalam maka harus didasari dengan analisis dan pengamatan pada segala situasi dan kondisi yang konkret.

Dalam buah pikiran H.O.S. Tjokroaminoto terdapat tinjauan perspektif Burhani.  Beliau mengintegrasikan sosialisme dalam perintah-perintah dalam agama Islam salah satu yang disebutkan adalah perintah salat berjamah dan salat Jumat. Tertulis dalam buku tersebut agama Islam terdapat perintah-perintah yang telah ditetapkan oleh para Nabi dengan salat Jumat. Nilai sosialisme dalam tuntutan hari Jumat adalah semua umat Islam baik yang kaya maupun miskin, berasal dari berbagai bangsa dan bermacam warna kulit  tak terelakkan bahwa setiap lelaki dari mereka diwajibkan untuk berkumpul di masjid mendirikan salat tanpa adanya pembeda di antara mereka dari segi tempat maupun derajatnya dengan dipimpin oleh setiap orang yang dipilih dalam lingkup tersebut. Dua kali dalam setahun semua umat Islam dalam satu wilayah berkumpul untuk melaksanakan dua salat hari raya. Mereka saling merangkul, berjabat tangan, berbahagia bersama dengan rasa saling bersaudara.

Perspektif epistemologi Irfani didapatkan bahwa ilmu pengetahuan harus berdasarkan intuisi dan wahyu-wahyu Tuhan dengan analisis serta pengamatan dalam kondisi dan situasi yang konkret. Sehingga tantangan dalam perspektif ini adalah bagaimana mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan intuisi dan wahyu ilahi ? Meninjau lagi integrasi yang tertuang dalam buku "Islam dan Sosialisme". Penulis  menyatakan bahwa perkumpulan-perkumpulan di bawah perintah agama yang telah ditetapkan dengan segala perbedaan yang dimiliki masing-masing merupakan sebuah contoh nyata sosialisme cara Islam yang menunjukkan persamaan dan persaudaraan di tengah perbedaan. Hal ini menyiratkan bahwa semua manusia itu satu kesatuan dan wajib memperlakukan satu sama lain dengan sempurnanya perikemanusiaan yang sama sebagai anggota dalam satu ikatan persaudaraan. Mereka bisa mendapatkan kehormatan dan pujian pada satu Tuhan di mana dan kapan saja, namun pada perkumpulan di waktu dan tempat yang telah ditetapkan ini, ikatan mereka pada Tuhan disamaratakan dan diperumumkan dalam kebersamaan jamaah. Maka tujuan dari perkumpulan ini menurut H.O.S. Tjokroaminoto adalah menunjukkan kebersamaan secara lahir untuk membuktikan rasa persaudaraan dan saling mencintai dalam batin agar jiwa umat Islam tertanam satu tujuan yaitu Allah serta jiwa persaudaraan berperikemanusiaan antar manusia yang menjadi gambaran sosialisme dalam integrasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun