hujan membasuhku dengan rindu
basah semua irama luruh
selain nada rindu canggung mendayu
meretas harapan di penghujung jalan
antara nalar dan khayalan berpendar
bembiusku bagai candu
menanarkan tatapku kian sendu
membalas semua penantian
yang kutebar di sepanjang malam
tempat di mana gemintang dan rembulan hati timbul tenggelam
terjepit di ketiak langit hitam
sesekali menyembul mengintip
manjanya tertuang dalam genitnya kedip
lelehan rindu
lelehan-lelehan cumbu
kian meluap bersiap menenggelamkan bidukku
dayung-dayungku terseret arus
yang tak kusadari telah menelusup
perahu hidupku nyaris tertelungkup
lelehan rindu tertumbuk rindu
lelehan-lelehan madu melegit di lidah ngilu
duhai
bilakah hujan cinta ini reda?
agar mengijinkan nafasku reba
(Denpasar-Bali, Rabo 17 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H