Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selembar Tikar

28 Januari 2020   16:00 Diperbarui: 28 Januari 2020   16:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kembali pada pangkuan alam
melupakan atap
melupakan lantai
melupakan dinding-dinding

tak ada jendela
angin terburai bebas menerpa
hanya gigil
oleh dingin yang menjarah

tak ada pintu
setiap langkah menyaruk dan menendangku
hanya kerendahan
martabat dan hargadiri yang dikencingi

selembar tikar
harta paling berharga
tempatku menumpukan asa
yang sedikit tersisa
dari badai nestapa

selembar tikar
hanya selembar tikar yang kupunya

segala material rebah

(Denpasar-Bali, Rabo 31 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun