Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tergelincir

20 Januari 2020   09:15 Diperbarui: 20 Januari 2020   09:37 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

air lekaslah mengalir
angin datanglah gerakkan kincir-kincir
mengapa langkah tersayat di saat mampir?

tergelincir ke dalam diri
ketika hanya suatu dari luar memerosokkan
jurang-jurang diri nan curam
menuntut kesempurnaan mimpi menari

mengakui keterbatasan adalah oase
menjembatani perjalanan ini agar leluasa keluar
dan masuk tanpa harus terlepas kendali
terbenam ke dalam
tergelincir berkesyukuran

(Denpasar-Bali, Rabo 17 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun