Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Sudut Sunyi

15 Januari 2020   07:17 Diperbarui: 15 Januari 2020   07:21 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pexels.com/DurongNhan)

malam meretas pagi
benang-benang perak di langit mulai luruh
tanpa komando suara waktu

dingin menyengat sumsum
jiwaku menggigil sepi
ragaku membeku dalam sendiri

satu kisah tertuang
sejuta kenangan menghilang

fajar mengecup hari
lalu-lalang pecahkan sunyi
genderang zaman pun ditabuhi

satu jiwa datang
yang lain pergi pulang

tapi,
batinku tetap meringkuk
tersudut rimbunan rindu
yang enggan membentuk semak-perdu

di sudut sunyi,
masih pagi
kesendirian tetap surga bagi hati
dalam kosong tanpa isi

(Denpasar-Bali, Jum'at 19 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun