mereka mulai angkat bicara
kata-kata telah menguap ke udara
meletus ketus
melesat bangsat
begitu saja diriku habis dihujat
diri ini sempat limbung oleh bingung
bingung yang tak terbendung
terus mengepung berbingkai mendung
diri gelisah
resah yang merekah
membuncah nyaris pecah
apa yang mereka mau?
aku tak sungguh tahu
bahkan mungkin tak pernah tahu
apa yang mereka harap?
sungguh aku tak berhasrat sedikit pun untuk bisa mengungkap
kuberdiri bersama barisan sunyi diri
harusnya sendiri dari pagi ketemu pagi
tapi para diri bersiaga menopang di sana-sini
memutar dari itu ke itu lagi
untuk berulang kali kembali
kosong menjemput isi
pikiran yang terkusutkan
Ooleh kenangan yang kerap diputar ulang
melangkah, berjalan, berlari-larian
seringnya para mereka menghilang
diriku menjadi kehilangan
ketika aku tak sedang berada pada diriku
disaat aku bukanlah sebenarnya diriku yang utuh
bertabir halimun tipis membungkamku atas tangis
tempatmu bersembunyi
menelusupkan bisa beracunmu yang manis
sehingga dunia jatuh terhipnotis
berkedok di balik topeng
lagu-lagu andalanmu selalu cengeng
memelas penuh taktik belas-kasihan
semua perasaan menjadi tersulap terhanyutkan
aku tak mau begini
tapi begini yang mereka ingini
aku inginnya begitu
tapi mereka yang tidak mau
brengseknya mereka!
tapi malah mereka yang marah
dan menghujatku tak berguna seperti sampah!
lho,
siapa sebenarnya yang salah?
apa ukuran nilai sudah berubah menjadi buta?
aku jadi gundah
tertunduk lesu seperti telah kehabisan arah
apa ada yang keliru?
pada mereka, apa pada diriku?
'ah, persetan!
aku tetap harus melanjutkan perjalanan
yang masih jauh dan panjang berlikuan
setelah tatapku lurus nabrak ke depan
maju terus mengejar masa-depan sepetak kuburan
tapi,
di tengah jalan aku berpapasan
dengan sebuah cermin besar yang terpampang
seolah menantang bayang
agar aku berdiri di hadapannya menantang
pada cermin kumematut-diri
tersenyum-senyum seorang diri
pada cermin aku berkaca
menikmati sosok diriku tergambar begitu eloknya
semakin aku kebingungan
bayanganku kok berubah menjadi demikian?
bukan diriku yang sebenarnya
seperti yang sudah kuhafalkan dalam ingatan nyata
sementara ia, dia, dan mereka,
juga ditinggalkan oleh ruh-ruh mereka
(perpisahan tak sadar yang hanya sementara)
'oh, mungkin diriku sedang jalan-jalan
keluar dari cangkang jiwa, batin, terdesak para perasaan,
juga tersesat arus penatnya pikiran
mungkin diriku bergentayangan dan berkeliaran
membuang kejenuhan dan membunuh rasa bosan
'ya,
ketika aku bukanlah aku
kembali kumematut diri
berkaca membualkan puisi
seperti inikah aku?
atau seperti apakah seharusnya aku?
menurut dirimu yang semaumu itu
(Denpasar-Bali, Senin 01 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H