Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebuah Akhir

4 Januari 2020   11:00 Diperbarui: 4 Januari 2020   11:03 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Separation" by Edvard Munch (sumber: commons.m.wikimedia.org)

satu hari terlepas dari busurnya
melesat
melenggang
melenceng
tak tepat pada sasarannya
memutuskan jalinan benang-benang asmara

pancuran airmata beranjak
mulai menggenang
berarak menuju muara
menjemput
dekap samudera
di mana kokohnya batu karang, menantikannya
tempatnya menghantamkan segala resah

sebuah akhir
dari permulaan yang mengalir
tanpa syarat dan pesan
hanya pulang menuju peristirahatan

sebuah akhir
menghapus semua kisah-kasih
yang telah lama terukir
menjadi hanya tinggal kenangan
dan setangkup cerita getir

(Denpasar-Bali, Jum'at 19 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun