tertawan lelah
seteguk, hampir saja menyerah
berkalung mutiara duri
lidah hari menjilat penuh murka
membakar peluh tak berkesudahan
sejenak berhenti di ujung rintih
pada persimpangan waktu
biarkan benak menari dalam lumpuh
kitari segala fantasi
mencumbu seribu angan
bernaung di bentangan kesunyian
terlanjur langkah, berlanjut
tersulut asa
tendang kata menyerah
apalagi kalah,...
kelak,
jika kembali berhenti
hanya sejenak istirahatkan letih
memompa semangat lewat do'a-do'a lirih
kembali ;
... di pelupuk sunyi...
(Denpasar-Bali, Rabo 31 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H