Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Pelupuk Sunyi

2 Januari 2020   06:05 Diperbarui: 3 Januari 2020   18:17 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tertawan lelah
seteguk, hampir saja menyerah

berkalung mutiara duri
lidah hari menjilat penuh murka
membakar peluh tak berkesudahan

sejenak berhenti di ujung rintih
pada persimpangan waktu

biarkan benak menari dalam lumpuh
kitari segala fantasi

mencumbu seribu angan
bernaung di bentangan kesunyian

terlanjur langkah, berlanjut
tersulut asa
tendang kata menyerah
apalagi kalah,...

kelak,
jika kembali berhenti
hanya sejenak istirahatkan letih
memompa semangat lewat do'a-do'a lirih

kembali ;

... di pelupuk sunyi...

(Denpasar-Bali, Rabo 31 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun