berdiri menatap hiruk-pikuk
tertawan bahasa diam, terendam
kembali ke masa silam
terkubur babak-belur
tak kutemukan kepingan kenangan
terseret badai prahara, nganga kubangan
terhempas amukan ombak sukma
aku masih di sini berpesta sandiwara
saat fortuna menghampiri api
segera pergi memasung hati
kepingan masa-lalu mengabur bilur
berdiri menatap hiruk pikuk
tertawan bahasa diam, memeram
bisu menggigil demam
(Denpasar-Bali, Kamis 27 November 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H