dari jauhnya ketersesatan
raga hanyalah hamba sahaya
ketika jiwa bertahta
penguasa dalam menguasai
dalam memerintahkan alur pertunjukan seni
dan wujud hanyalah peraga langkah
di saat batin bertitah
bisik-bisik pengetahuan awang
gerayang menerawang
mengusung bumi mencumbu bintang-bintang
merebahkan matahari dan rembulan di semak belukar
rasanya aku enggan terjaga
sebab mimpi tak bisa diulang
karena terlalu indah
alur cerita melupakan endingnya
dan,
puisi hanyalah alas
terendah tak berkelas balas
ketika pemahamanmu terbatas
seperti keset lusuh
kaki-kaki kumuh
yang kotor
yang dekil
bulukan penuh debu jalanan
ketika pendapatmu berlumutan
ingin bersih mendambakan
jadi,
biarkan aku terus tersenyum
merekah tawa bibir terkulum
di sini
di sini saja
tak hendak kemana
hanya terhuyung-huyung
melayang kepayang
mabuk kesadaran
(Banyuwangi, Selasa 28 Oktober 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H