Selain sebagai sumber kebahagian dan penyejuk hati, anak adalah amanah terbesar yang Allah berikan kepada setiap orang tua di dunia. Karenanya, mendidik seorang anak adalah tanggungjawab orang tua. Masa depan anak sebagiannya bergantung pada pola asuh dan pendidikan yang diberikan orang tua.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa maksud dari peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka adalah didiklah dan ajarkan kepada keluarga kalian hal-hal yang membuat mereka taat kepada Allah Swt. dan melarang mereka dari berbuat maksiat kepadaNya. Serta memperbanyak zikir agar Allah menyelamatkan mereka dari api neraka. Maka dengan demikian memberikan pengetahuan agama terhadap anak merupakan tanggung jawab orangtua yang paling utama.
Orang tua kelak akan dimintai pertanggungjawaban akan anaknya di hari kiamat sebelum seorang anak ditanya pertanggungjawabannya atas orang tua mereka. Ibnu Qayyim menjelaskan barangsiapa yang menyia-nyiakan dan tidak mendidik anak-anak mereka dengan hal-hal yang bermanfaat dan membuat hidup mereka bahagia maka sungguh mereka telah melakukan perbuatan yang sangat buruk.
Sebab, lanjut Ibnu Qayyim, kebanyakan masalah dan keburukan yang ditimbulkan dari perilaku para anak-anak adalah buah dari kelalaian para orangtua. Hal ini bisa bersumber dari kurangnya perhatian, kurangnya pendidikan dan lain sebagainya. Sehingga tumbuhlah mereka dengan pribadi dan sikap yang buruk dan tercela.
Setidaknya ada beberapa kekeliruan orangtua saat mendidik anak. Kekeliruan bisa dalam bentuk komunikasi atau yang lainnya. Ibnu Abd al-Barr mengatakan bahwa proses komunikasi yang terjalin di antara orang dewasa dan anak-anak adalah hal yang perlu diperhatikan karena hal tersebut akan mempengaruhi kondisi psikologi anak-anak.
Orangtua yang tidak memperhatikan hal ini akan sering melakukan kesalahan dalam mendidik anak. Sebab jika diperhatikan karakter seorang anak pasti berbeda dengan anak lainnya, karena itu kita tidak bisa memperlakukan semua anak dengan cara yang sama apalagi jika meresponnya seperti kita memperlakukan sesama orang dewasa itu akan berbahaya bagi perkembangan psikologi seorang anak. Di sinilah pentingnya terlebih dahulu mengenal karakter dan kondisi psikologi anak kita sebelum memutuskan akan mendidiknya dengan cara seperti apa. Abu Umar al-Qurthubi dalam kitabnya Jami' Bayan al-Ilmi wa Fadhlihi mengatakan karakter dan keadaan anak akan terlihat di hadapan seorang pendidik ketika ia mengajarinya, sebagaimana keadaan seorang pasien yang terlihat jelas di depan dokter. Keadaan tersebut terlihat setelah mengamati kondisi, kemampuan, dan perangainya. Proses tersebut akan memberikan pengaruh dan maanfaat yang sangat besar dalam mendidik anak.
Karena itulah para orangtua harus mengerti bagaimana cara berkomunikasi terhadap anak-anak mereka. Sebab komunikasi terhadap anak kecil berbeda dengan cara berkomunikasi dengan sesame orang dewasa. Namun sayangnya beberapa orangtua bahkan orang dewasa lainnya tidak bisa membedakan hal tersebut. Berikut adalah beberapa cara yang salah dalam mendidik anak yang sering dilakukan para orangtua;
Pertama, Terlalu Tegas dan Keras kepada Anak
Terkadang ada saja perlakuan anak yang membuat jengkel. Oleh karena itu diperlukan kesabaran agar tidak terpicu kenakalan anak. Kalaupun ingin menghukum anak jangan menghukumnya dalam batas yang tidak bisa ia terima. Sebab jika psikologis anak itu ternyata tidak kuat menahannya atau bahkan berpikir apa saja yang seharusnya ia lakukan, anak tersebut bisa mengalami sedikit gangguan pada pola psikologisnya baik dari segi moral maupun etikanya.
Kedua, Berlebihan dalam Memberikan Pertolongan
Setiap orangtua tidak ingin anaknya menderita dan sedih. Karena itu kebanyakan para orangtua terkadang terlalu berlebihan dalam memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah anak-anaknya. Hal tersebut merupakan cara mendidik yang buruk karena bisa menyebabkan seorang anak tumbuh tanpa ada rasa tangungjawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Orangtua hanya perlu memberikan nasehat dan contoh yang baik. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan bagus untuk pertumbuhan kepribadian sang anak.
Ketiga, Memaksa Anak Mengikuti Kemauan Orangtua
Orangtua seharusnya tidak memaksakan kehendak secara brutal kepada anak-anaknya. Harus ada proses untuk memberikan pengertian dan pemahaman, kemudian memberikan opsi-opsi dan jabaran konsekuensi yang harus mereka terima. Sebijak mungkin, jangan sampai menjadi orangtua yang hyper parenting. Karena sesuatu yang baik, harus disampaikan dengan cara yang baik pula, agar hasilnya pun baik.
Keberhasilan seorang anak ditentukan oleh banyak pihak, mulai dari keluarga, sekolah, kampus, serta lingkungan yang sangat mempengaruhi nya, maka peran orang tua harus selalu memantau perkembangan anaknya, tak boleh bertumpu kepada pihak sekolah saja, dengan dalih sudah membayar biaya sekolahnya. Disekolah hanya terbatas waktunya, mereka akan menghabiskan waktunya di rumah, dan tempat mereka bergaul dengan teman-temannya. Maka dari itu keberhasilan seorang anak, akan ditentukan oleh semua kalangan, khususnya orang tuanya dengan tidak memanjakannya, tapi mendidiknya dengan memberi teladan yang baik kepadanya, karena kebanyakan anak akan meniru pola hidup yang dilakukan oleh orang tuanya.
Maghfiroh, Neneng dkk. Parenting dalam Islam. Banten. Yayasan Pengkajian Hadis el-Bukhari Institute.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H