Mohon tunggu...
Nadya Maharani
Nadya Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

kuliner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Karakter Demokratis pada Anak Sejak Dini Melalui Pendidikan Kewarganegaraan

3 Januari 2025   11:41 Diperbarui: 3 Januari 2025   11:41 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LATAR BALAKANG

Pendidikan merupakan kunci terpenting dalam perkembangan kepribadian anak yang mempengaruhi sikap dan perilakunya di masa depan. Di Indonesia, penanaman karakter demokrasi pada anak sejak dini sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat. Pendidikan kewarganegaraan memainkan peran yang sangat penting dalam membangun karakter demokratis pada anak sejak usia dini. Karakter demokratis mencakup sikap saling menghargai, toleransi, dan partisipasi aktif dalam masyarakat. Dengan menanamkan nilai-nilai ini, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang mampu menghadapi tantangan sosial dan berkontribusi positif terhadap lingkungan mereka. Salah satu tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah membangun karakter demokratis pada anak, sehingga mereka dapat menjadi individu yang bertanggung jawab, menghargai perbedaan, serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

PEMBAHASAN

Dalam konteks Indonesia yang sangat beragam, pendidikan kewarganegaraan membantu anak-anak untuk memahami pentingnya toleransi dan kerukunan. Mereka diajarkan untuk menghargai perbedaan yang ada, baik dalam hal agama, budaya, maupun pandangan hidup. Pendidikan ini memberikan dasar yang kuat bagi anak untuk menerima keragaman sebagai bagian dari kekayaan bangsa, yang akan memudahkan mereka dalam hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati. Adapun salah satu strategi yang efektif dalam membangun karakter demokratis pada anak adalah pembelajaran berbasis diskusi. Metode ini mendorong anak untuk berbagi pendapat, mendengarkan pandangan orang lain, serta belajar menghargai perbedaan. Dalam diskusi, anak-anak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide mereka tentang isu-isu sosial yang relevan, seperti keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia. Dengan terlibat dalam diskusi, anak-anak belajar untuk berpikir kritis dan menghargai pendapat orang lain, yang merupakan dasar dari nilai-nilai demokrasi. Selain itu, diskusi membantu mereka memahami berbagai perspektif yang ada dalam masyarakat, sehingga memperkuat kemampuan mereka untuk beradaptasi dan bekerja sama dalam lingkungan yang pluralistik (Ilyas Abdul Majid, 2024).

Melalui pengalaman praktis, seperti bakti sosial atau kampanye lingkungan, anak-anak diberikan kesempatan untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat. Kegiatan seperti ini membantu mereka memahami pentingnya memberikan manfaat kepada orang lain dan bekerja untuk kebaikan bersama. Selain itu, pengalaman ini juga meningkatkan rasa empati mereka terhadap orang lain, mengajarkan mereka tentang pentingnya solidaritas, dan memperkenalkan konsep tanggung jawab sosial. Ketika anak-anak terlibat dalam kegiatan sosial, mereka tidak hanya belajar tentang teori demokrasi, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Ilyas Abdul Majid, 2024).

Pendidikan yang menekankan nilai-nilai dasar demokrasi serta etika dalam berinteraksi dengan orang lain sangat penting dalam membentuk karakter demokratis anak-anak. Anak-anak perlu diberikan pemahaman yang jelas tentang nilai-nilai seperti keadilan, kebebasan, toleransi, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Selain itu, mereka juga perlu belajar tentang etika dalam berbicara dan bertindak, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Pendidikan ini bertujuan untuk menjadikan anak-anak sebagai warga negara yang bertanggung jawab, yang tidak hanya memahami hak-haknya, tetapi juga menghargai hak orang lain. Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi individu yang dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat dan menghargai prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan mereka (Ilyas Abdul Majid, 2024).

Menurut Mulyasa, pendidikan karakter dalam PKN tidak hanya mengajarkan teori mengenai kewarganegaraan, tetapi juga melibatkan praktik langsung yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi, seperti saling menghormati dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. Hal ini sangat penting untuk mengembangkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial secara positif dalam lingkungan yang semakin plural dan kompleks. Dengan mengajarkan anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama, PKN memberi mereka keterampilan untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab. (Mulyasa, 2014)

Selain pendidikan formal di sekolah, keluarga juga memainkan peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi pada anak. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di rumah, dapat memberikan contoh nyata tentang bagaimana cara berbicara dengan sopan, menghargai perbedaan pendapat, dan menyelesaikan masalah secara damai. Menurut Sudrajat, dalam keluarga, anak-anak harus diajarkan tentang pentingnya berbagi, saling menghormati, dan bekerja sama sebagai keluarga dalam mengambil keputusan.(Sudrajat,Iwan2016)

Keluarga adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk karakter demokratis anak-anak. Orang tua dapat mengajarkan anak untuk menghargai pendapat orang lain, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan terlibat dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama. Misalnya, orang tua dapat melibatkan anak dalam menentukan aturan rumah tangga atau memutuskan kegiatan keluarga yang melibatkan semua anggota. Memberikan anak kesempatan untuk merasa dihargai dan diakui, serta belajar bagaimana berbagi pandangan dan bekerja sama dalam mencapai keputusan bersama. Dengan membiasakan anak untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, orang tua membantu mereka mengembangkan sikap demokratis yang penting dalam kehidupan sosial mereka di masa depan. (Suhaida et al., 2020).

Untuk menumbuhkan karakter demokratis pada anak, metode pembelajaran yang diterapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan harus melibatkan anak secara aktif. Metode yang dapat digunakan antara lain diskusi kelompok, simulasi pemilihan umum, debat, dan permainan yang melibatkan prinsip musyawarah dan mufakat. Menurut Wahyudi, diskusi kelas dan debat memungkinkan anak untuk berbicara, mendengarkan pendapat orang lain, dan belajar untuk menyelesaikan perbedaan pandangan dengan cara yang demokratis. (Wahyu,Agus. 2021)

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun