Mohon tunggu...
Nadya Chairunnisa
Nadya Chairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta

Saya suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Batik Hokokai: Karya Akulturasi Budaya Jawa dan Jepang

19 Januari 2023   21:58 Diperbarui: 19 Januari 2023   22:01 1783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perkembangan batik di Indonesia, ragam corak dari warisan budaya yang satu ini tidak hanya berasal dari Nusantara saja, tetapi ada juga yang memiliki pengaruh dari budaya asing. Salah satunya adalah pengaruh dari budaya Jepang, di mana batik Hokokai asal Pekalongan menjadi contoh dari penggabungan kedua budaya ini.

Batik Hokokai mulai berkembang sekitar tahun 1940-an atau pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Pada masa itu, masyarakat Pekalongan memiliki sikap terbuka atas pengaruh dari luar sehingga berdampak pada motif batik yang mereka produksi dan terciptalah motif Hokokai ini. Selain itu, nama batik Hokokai diambil dari nama organisasi buatan Jepang, dengan latar belakang bahwa organisasi Hokokai lah yang mempopulerkan motif batik gabungan budaya Pekalongan dengan budaya Jepang.

dokpri
dokpri

Motif batik Hokokai menjadi salah satu ragam batik dengan motif yang kompleks dan tingkat kesulitan yang tinggi. Hal ini dapat terlihat dalam salah satu model batik Hokokai modern karya Iwan Tirta, salah satu perancang batik yang terkenal di Indonesia, yang dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta. Dalam model buatannya, terlihat bahwa motif yang digunakan adalah ragam hias bunga-bunga yang dipadukan dengan motif kupu-kupu dan burung merak. 

Elemen-elemen yang digunakan dalam motif tersebut merupakan elemen yang lumrah digunakan dalam motif batik Hokokai dan disukai masyarakat Jepang. Di lain sisi, terdapat pola batik parang yang merupakan salah satu pola batik khas daerah Jawa. Bentuk modernisme yang dituangkan Iwan Tirta dalam batik Hokokai rancangannya adalah bentuk bunga dan kupu-kupu yang diperbesar

Penyusunan komposisi dalam batik Hokokai juga terlihat membentuk sebuah garis geometris yang memisahkan dua pola dalam satu kain panjang. Selain itu, tata warna yang ganda juga ditampilkan dalam fisik kain ini. Dua visual yang disajikan dalam satu kain membuat batik Hokokai dapat digunakan dalam dua kesempatan, siang dan malam. Biasanya, sisi kain yang lebih terang digunakan pada siang hari, sedangkan sisi yang lebih gelap dapat digunakan di malam hari.

 Sejarah akulturasi batik Hokokai menjadi suatu topik yang menarik untuk dibahas. Motif dari batik Hokokai itu sendiri pun menjadi suatu warisan budaya yang penting dalam pelestariannya. Secara keseluruhan, batik Hokokai dengan coraknya yang unik dan elegan menjadi salah satu batik dengan nilai estetika yang tinggi. Pembuatannya yang rumit membuat batik ini memiliki kualitas yang tidak diragukan. Iwan Tirta sebagai salah satu perancang busana batik telah memberi sentuhan modernisme yang kreatif terhadap batik Hokokai sehingga penggunaan batik ini dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman serta digemari oleh para kolektor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun