Mohon tunggu...
Nadya berchmans hami
Nadya berchmans hami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah hasrat yang tertuang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Milenial di Mata Islam

8 Desember 2021   21:58 Diperbarui: 8 Desember 2021   22:04 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis : Hanie Khaerunnisa dan Nadya Berchmans Hami

Dosen Pengampu : Bapak Hisny Fajrussalam, M.Pd.

Pada era sekarang, arus globalisasi sangat berkembang dengan pesat. Perkembangan IPTEK pun sudah merajalela. Dengan keadaan seperti itu maka generasi milenial sangat berperan didalamnya. Sering kali generasi milenial ini dianggap sebagai pembawa nilai-nilai negatif karena berkaitan dengan budaya luar yang kebarat-baratan. 

Bukan hanya itu saja, generasi milenial ini sangat melek terhadap teknologi, tidak jarang ketika kita melihat anak-anak yang masih di bawah umur sudah memiliki Handphone atau Laptop, yang seharusnya belum diperkenankan untuk menggunakannya. 

Hal tersebut dapat membawa nilai-nilai negatif, namun juga dengan adanya generasi milenial yang melek terhadap teknologi tak ayal membawa nilai-nilai positif juga. Generasi milenial menganggap bahwa kemajuan yang terjadi pada saat ini harus dimanfaatkan secara optimal, kecanggihan dalam teknologi, transportasi, kemajuan taraf hidup yang kini meningkat.

Dengan adanya perkembangan teknologi dapat memudahkan kita untuk melakukan pekerjaan, bukan hanya itu, dengan adanya teknologi kita dapat mencari ilmu dengan mudah. Contohnya seperti ketika kita ingin mengetahui mengenai sejarah Islam kita dapat mencarinya melalui laman internet maupun youtube. 

Bersumber dari Amir, Yusuf Faisal dalam salah satu bukunya, ia menyatakan bahwa "generasi milenial sangat memiliki potensi yang banyak dan menguntungkan bagi kemajuan Bangsa dan Negara."

Pentingnya peran pemuda sebagai generasi milenial yang diharapkan mampu membawa perubahan besar tercantum dalam hadist Abu Bakr Radhiyallahu anhu mengatakan kepada Zaid bin Tsbit saat itu Umar bin al-Khatthab RA berada diantara mereka, "Sesungguhnya kamu laki-laki yang masih muda, cerdas dan kami tidak menuduhmu (berbuat dusta), kamu dahulu menulis wahyu untuk Raslullh, maka sekarang telitilah Al-Qur'an itu dan kumpulkanlah ia [HR. Al-Bukhri].

Dari Ibn Abbs ra, bahwa Nabi saw. Pernah memberi nasehat kepada seseorang untuk menggunakan secara maksimal lima hal sebelum datang yang lima pula; masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum masa sakit, masa kayamu (ketika berkecukupan) sebelum masa fakir (membutuhkan, tidak punya apa-apa), waktu luang, kesempatanmu sebelum masa sibuk, dan masa hidupmu sebelum datang kematian."

Dari kedua hadist di atas buktikan bahwa peran pemuda sangat penting dalam mata Islam, pemuda dianggap mampu untuk membuat perubahan yang lebih baik dalam ilmu tauhid serta untuk bangsa dan negara. Selain itu Abu Hurairah dari Nabi saw. 

Bersabda ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya yang salah satu di dalamnya termasuk seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada rabbnya.

Oleh karena itu seharusnya generasi milenial pada saat ini tetap memegang teguh ajaran tauhid dengan cara selalu taat kepada Allah walaupun perubahan dalam dunia ataupun kehidupan terus terjadi dan berputar namun kita tidak boleh lupa bahwa kita hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT.

Generasi muda atau milenial saat ini dijadikan sebagai generasi penerus, pengubah dan harapan bangsa. Generasi saat ini membutuhkan pembinaan akidah tauhid yang teguh, dengan pembentukan akal yang sehat dan akhlak yang mulia, agar mereka dapat menghadapi tantangan dan ancaman yang semakin berat dalam mengarungi kehidupan yang luas ini, terlepas dari perpedaan pendapat atau pola pikir dan keterbelakangan sebagian generasi tua dan generasi muda itu sendiri. 

Keberhasilan pembinaan generasi muda dipengaruhi dan ditentukan oleh adanya relevansi dan saling menunjang antara pembinaan di lingkungan keluarga dengan pendidikan di sekolah serta nilai-nilai yang dianut dan dikembangkan dalam masyarakat. 

Para pendidik dalam arti luas harus menghindari terjadinya kontradiksi antara norma-norma yang dikembangkan oleh guru di sekolah dengan nilai-nilai yang ada di dalam keluarga dan masyarakat, sehingga peserta didik tidak mengalami kebingungan untuk memilih yang mana di antaranya yang benar atau harus diikuti. 

Dengan demikian, meskipun generasi muda ataupun generasi milenial ini dapat mencari informasi atau ilmu melalui media sosial, namun mereka juga perlu dibimbing secara nyata agar tidak menimbulkan salah pengertian mengenai suatu hal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun