Mohon tunggu...
Nadya A
Nadya A Mohon Tunggu... Freelancer - sedang bereksplorasi

Menulis topik sosial, politik, K-Pop, dan isu-isu digital.

Selanjutnya

Tutup

Money

Manfaat Stabilitas Harga Bahan Pokok Lewat Pembangunan Infrastruktur

9 Januari 2022   20:00 Diperbarui: 9 Januari 2022   20:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara dengan segala potensi yang berlimpah. Dengan modal tersebut, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara maju. Namun, permasalahan sosial seperti inflasi yang tak terkendali, membuat masyarakat jauh dari kemakmuran. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan infrastruktur yang masih rendah dan jauh tertinggal dengan negara-negara lain di dunia.  

Mankiw (2001:38) berpendapat bahwa infrastruktur adalah investasi pemerintah yang berbentuk modal publik, berupa : jalan, jembatan, dan sistem saluran pembuangan. Pendapat ini merujuk pada barang publik yang disediakan pemerintah, seperti infrastruktur jalan (Stiglizt ,2000:104). Sehingga, infrastruktur merupakan fasilitas umum yang berasal dari pengelolaan anggaran negara yang berfungsi sebagai investasi bagi pemerintah guna menyejahterakan masyarakat.

Pembangunan infrastruktur yang baik harus mengarah pada tujuan negara. Pemerintah sebagai pihak yang mendapatkan mandat dari rakyat, harus mampu membawa masyarakat pada kebaikan bersama. 

Dengan adanya pembangunan infrastruktur, masyarakat dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga, tidak ada ketimpangan yang tinggi dalam masyarakat. Pada tataran implementasi, pembangunan infrastruktur harus dikerjakan secara profesional. 

Kemajuan akan pembangunan infrastruktur akan mengingatkan kita pada Jepang yang memegang teguh prinsip profesionalisme tersebut. Pengerjaan infrastruktur di Jepang memakan waktu yang lama karena mengutamakan kualitas. Jepang menyadari jika pembangunan infrastruktur dikerjakan secara asal-asalan dan kebut-kebutan, maka manfaat pembangunan infrastruktur tidak akan dirasakan masyarakat. 

"Kalau berkunjung ke Jepang, pasti akan dengan mudah menemukan stasiun-stasiun kereta mulai dari stasiun kecil hingga stasiun superbesar." jelas Executive Director Jakarta Property Institute (JPI), Wendy Haryanto.  

Pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia menemui berbagai tantangan. Isu pembebasan lahan hingga kini masih menjadi faktor penghambat terbesar dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Masalah ini menyumbang sebesar 30% dari seluruh masalah pembangunan infrastruktur. Agenda pembangunan infrastruktur harus tertunda  bahkan batal karena negara tidak mampu menyediakan lahan yang dibutuhkan. 

Pemerintah Indonesia masih belum berfokus pada pembangunan infrastruktur yang efisien. Dengan wilayah hanya seluas 2.754 km, Hong Kong mampu menduduki peringkat pertama dalam pembangunan infrastruktur kelas dunia. Pemerintah Hong Kong tidak terpaku pada tantangan yang ada, melainkan memanfaatkan semaksimal mungkin segala potensi negaranya. Peringkat kualitas infrastruktur Indonesia di tahun 2016 juga masih di bawah Singapura yang LPI-nya 5, Malaysia (32), Thailand (45). 

Di Asean, peringkat Indonesia hanya lebih tinggi dari negara Vietnam (64), Filipina (71), Kamboja (73), Myanmar (113) dan Laos (152). Selain itu, berdasarkan data Global Rangking Logistic Performance Index (LPI) yang dikeluarkan World Bank 2016, indeks kualitas infrastruktur Indonesia berada di peringkat 63, mengalami penurunan peringkat dibandingkan tahun 2014 yang berada di peringkat 53. Terkait perencanaan dan penyiapan proyek juga menjadi tantangan pembangunan infrastruktur di Indonesia. 

Dalam pembangunan infrastruktur ini melibatkan banyak pihak dengan ego sektoral masing-masing. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk bersepakat. Selain itu juga banyak miss kordinasi antar stakeholder proyek.

Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang berkembang pesat, masyarakat tentu merasakan banyak manfaat. Keberadaan infrastruktur-infrastruktur vital seperti jalan akan mempermudah distribusi faktor produksi. 

Dengan begitu, produsen tidak mengeluarkan biaya produksi yang sangat besar, terutama untuk biaya pendistribusian produk tersebut. Masyarakat pun dapat memenuhi kebutuhan konsumsi sehingga kualitas hidup juga meningkat. 

Jika terjadi inflasi, sebuah keluarga yang awalnya dapat membeli susu untuk anak-anaknya menjadi tidak mampu membeli lagi. Bagi pertumbuhan anak-anak, susu merupakan asupan nutrisi yang menunjang kualitas intelektual dan fisik.

Jika pembangunan infrastruktur terhambat, harga bahan pokok akan sulit dikendalikan. Hal ini berdampak pada masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan baik. 

Akan terjadi penurunan kualitas pada anak-anak dalam keluarga dan penurunan produktifitas nasional.Maka, pembangunan infrastruktur harus menjadi prioritas agenda negara, sebab kualitas generasi muda menjadi indikator penting yang menentukan masa depan suatu bangsa.

Daftar Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun