Mohon tunggu...
Nadya Asima Gravita Panjaitan
Nadya Asima Gravita Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

Saya memiliki ketertarikan dan semangat yang besar dalam menulis. Saya menuangkan informasi dan isi pikiran saya lewat tulisan, yang saya harap dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepenggal Perjalanan Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan: Jangan Takut Hidup, Semangat, Berani dan Teman Menjadi Penting

28 November 2023   20:33 Diperbarui: 28 November 2023   21:10 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan berpesan kepada anak muda, jangan takut menjalani hidup. Tidak perlu uang puluhan juta rupiah, tak perlu ayah-ibumu orang kaya, tak perlu rumahmu berlapis emas. Selama kamu memiliki semangat dan berani, itu lebih daripada cukup untuk menjalani hidup.

Sebelum menjadi Kepala LPPM Universitas Satya Negara Indonesia (2010-2011), Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Trilogi (2019-2023), Alumni PPSA XXII (2019), bahkan Rektor Universitas MPU Tantular (2017-2019), dulunya beliau pernah menjadi seorang tambal ban di Cililitan, Jakarta dan juru antar beras di Pasar Induk beras Cipinang, Jakarta demi memperoleh uang agar sekadar bisa makan.

Datang dari Kampung Batulima, Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan, si sulung dari delapan bersaudara, buah hati dari Uluan Panjaitan dan Dina Manurung, pasangan petani. Semasa kecilnya, sehari-hari, beliau membantu kedua orang tuanya bekerja di sawah. Ini beliau lakukan hingga masa Sekolah Menengah Atas.

Bahkan seorang Mangasi Panjaitan tidak pernah mempercayai ia dapat diterima di salah satu Universitas Negeri Terbaik di Indonesia, Institut Pertanian Bogor tahun 1981.

Awal berkuliah, beliau hidup sehari-hari bermodalkan uang Rp 20.000,00 per bulan. Jangankan untuk membeli buku, untuk makan saja nominal uang tersebut tidak cukup untuk mengenyangkan perutnya. Namun hal itu tidak menghentikan beliau untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Itu beliau lakukan bermodalkan pinjaman buku dari teman-teman yang satu tempat tinggal atau kost dengannya. Hal ini juga menjadi awal Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan menyadari pentingnya arti pertemanan dalam hidup.

Tidaklah mungkin bagi Kita berhasil tanpa bantuan orang lain, begitu menurut Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan.

Bisa dibilang pertemanan menjadi salah satu faktor terkuat yang mendukung keberhasilannya selama masa kuliah. "Tagor Marpaung ... berani mati bersama saya. Hebat sekali itu orang." Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan bercerita tentang salah satu teman terbaiknya.

Uang sebesar 20 ribu yang dikirimkan dari kedua orang tuanya setiap bulan, tidak lagi beliau terima setelah satu tahun secara rutin diterimanya. Hal itu berdasarkan permintaannya sendiri. Menurut Beliau, sebaiknya uang sebanyak itu, orang tuanya belikan beras untuk ketujuh orang adiknya. Beliau tidak rela uang sebesar 20 ribu yang bahkan tidak cukup untuk kesehariannya, ia terima ketika uang itu dapat digunakan untuk mengisi perut ketujuh adiknya.

Untuk mendapatkan uang, Beliau bekerja keras dengan menjadi asisten dosen dan menjadi pengajar pada bimbingan belajar di kota Bogor. Sejak saat itulah, Beliau menghidupi dirinya sendiri. Lagi-lagi, pertemanan menjadi malaikat penolong dalam hidup seorang Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan. Untuk tempat tinggal, beliau menumpang dengan temannya, mengisi perut dari makanan yang dibelikan temannya, dan masih banyak lagi kebaikan teman-temannya yang tidak cukup kata untuk diceritakan.

Tahun 1983, beliau kembali ke Kota Bogor dari Kisaran, setelah libur kuliah. Pada saat itu, ia pulang ke Kota Bogor dengan hanya membawa sedikit sekali uang. Nominal uang yang memang hanya bisa diberikan kedua orang tuanya. Tidak masalah bagi Beliau berapapun uang yang ada di kantungnya. Sampai di Jakarta, uang yang dibawanya hanya tersisa Rp. 1000,00. Bukan jadi hal yang menakutkan baginya. Dengan sisa uang itu, Beliau masih harus menempuh perjalanan ke Kota Bogor. Setelah membayar ongkos bus Jakarta-Bogor sebesar Rp. 700,00, sesampai di Kota Bogor, beliau hanya mengantungi Rp. 300,00. Besaran uang itu pun hanya cukup dibelikan satu kali makan siang. Nominal uang tersebutlah yang menjadi modalnya untuk melanjutkan hidup di Kota Bogor. Hal ini sama sekali tidak mengkhawatirkan bagi Beliau.

Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan berkata, semangat dan rasa beraninya menjadi modal terbesarnya saat itu. Kemudian apa yang menguatkannya waktu itu? Beliau yakin bahwa Semesta akan membawanya, mendukungnya, membimbingnya dalam keberhasilan, selama tetap berani berusaha dan terus berusaha. Mungkin tidak terbayang, tidak terpikir, bagaimana Semesta membawa kita pada keberhasilan. Namun itulah kenyataannya, selama kamu tetap mencoba, tidak berhenti, dan tidak takut untuk menghadapi apapun, modal uang Rp. 300,00 pun akan membawamu ke puncak gunung yang paling tinggi. Seorang anak petani, dengan uang yang amat terbatas, harus berjuang menyelesaikan studinya, bersamaan dengan berjuang mencari uang untuk hidup. Kamu bisa berhasil, tidak peduli sekecil apapun modalmu. Kamu pasti berhasil, tidak peduli sebesar apapun rintanganmu. Bersemangatlah dan berani dalam hidup.

Besarnya semangat dan berani Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan juga didasari karena beliau yakin akan keberadaan teman-teman yang dimilikinya. Teman baginya adalah harta lain miliknya yang tak ternilai. Berbicara soal pertemanannya selama perjuangannya waktu itu, persis dengan lirik lagu Anak Medan;

Hidup modal pergaulan 

Hancur demi kawan

Itulah Aku

Kurang lebih seperti itulah penggalan lirik lagu itu. Lagu itu benar-benar ditulis berdasarkan fakta, dan Assoc. Prof. Mangasi adalah saksinya. Tidak perlu Kamu membawa sekarung harta untuk bertahan hidup, bahkan tidak ada karung yang cukup menampung jika nilai pertemanan diuangkan. Berdasarkan hal ini, pertemanan menjadi salah satu kunci dalam perjuangan hidup seorang Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan. Lewat hal ini, Beliau berpesan kepada anak muda bahwa pentingnya memiliki teman. Bertemanlah dengan mereka yang siap berkorban untukmu. Dan bersiaplah berkorban, untuk teman yang berkorban untukmu. Jasa teman-teman semasa kuliah, tidak akan pernah Beliau lupakan walau sedetikpun.

Sungguh banyak hal yang ingin seorang Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan ceritakan, juga berpesan kepada anak muda, yang membaca tulisan ini. Tujuan Beliau hanya satu, Beliau ingin kisahnya dapat memberi inspirasi dan dukungan kepada anak muda dan bagi mereka yang takut menjalani hidup.

"Anak muda harus berani hidup. Kendala dan tantangan pasti ada. Semesta akan memberimu dukungan, Semesta akan memberimu jalan selama Kamu berusaha"

"Orang Bijak bilang : "dimana ada kemauan pasti ada jalan". Pepatah itu tentu tidak muncul begitu saja, pastilah diucapkan oleh orang-orang yang sukses setelah Lelah berusaha.

"Mangasi... Jika matahari akan terbit, tidak ada yang bisa menghalanginya" pesan dari Dina Manurung, Ibunda Assoc. Prof. Mangasi Panjaitan, sepenggal kalimat yang selalu memberi kekuatan untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun