Mohon tunggu...
Nadya Asima Gravita Panjaitan
Nadya Asima Gravita Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

Saya memiliki ketertarikan dan semangat yang besar dalam menulis. Saya menuangkan informasi dan isi pikiran saya lewat tulisan, yang saya harap dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ini Alasan Mengapa Ulat Jerman Layak Disebut Pakan Super

10 Agustus 2023   11:46 Diperbarui: 24 Agustus 2023   22:51 3881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulat Jerman, hewan yang masuk kedalam kelompok serangga (insekta), bagi kebanyakan manusia melihatnya secara antroposentris, yaitu sebagai kelompok organisme yang merugikan. Namun faktanya menurut berbagai studi, serangga memberikan lebih banyak manfaat daripada kerugian, tidak terkecuali Ulat Jerman. Salah satu manfaat insekta bagi kehidupan adalah sebagai pakan ternak ataupun pakan bagi hewan peliharaan. Khususnya dalam era peternakan modern, pemanfataan pakan ternak berkualitas tinggi menjadi tantangan utama. Salah satu pakan inovatif yang menjadi pilihan adalah Ulat Jerman (superworm).

Ulat Jerman diketahui memiliki profil gizi yang luar biasa. Namun pemanfaatan Ulat Jerman sebagai pakan masih kalah populer pada masyarakat luas dibandingkan insekta sejenisnya seperti Ulat Hongkong (mealworm). 

Berikut potensi dan keunggulan Ulat Jerman (superworm) sebagai “pakan super”, yang tidak kalah dengan insekta bahan pakan lainnya.

Tinggi Protein dan Lemak

Beberapa studi menunjukan bahwa Ulat Jerman merupakan salah satu serangga bahan pakan dengan kandungan protein yang tinggi. Studi menunjukan kandungan protein Ulat Jerman mencapai 46%. Protein sendiri merupakan sumber energi bagi hewan yang berperan penting dalam menjaga kesehatan dan pertumbuhan. Memberikan Ulat Jerman pada hewan ternak serta hewan peliharaan, memungkinkan meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel, membuat tubuh hewan menjadi lebih kuat, hingga lebih tahan akan penyakit. Selain itu pada hewan ternak, pemenuhan protein mampu menghasilkan produk-produk ternak dengan kualitas yang lebih baik, seperti telur, susu, dan bulu. Tidak hanya protein, ditinjau dari kandungan lemaknya, Ulat Jerman juga terbilang unggul. Ulat Jerman mengandung lemak mencapai 42%. Selain itu, Ulat Jerman juga memiliki proporsi lipid yang lebih tinggi dibandingkan serangga-serangga lain yang juga dijadikan bahan pakan. Lemak sangat penting bagi hewan sebagai sumber energi, untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada hewan ternak sendiri, lemak dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. 

Karena kandungan protein dan lemaknya yang tinggi, sangat baik memberikan Ulat Jerman bagi hewan peliharaan serta hewan ternak, untuk tujuan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Mengandung Mineral Penting

Dikenal sebagai bahan pakan yang bergizi, Ulat Jerman tidak hanya unggul pada kandungan lemak dan protein. Ulat Jerman mengandung beberapa mineral yang dibutuhkan hewan untuk dapat hidup dan berproduksi secara optimal. Studi membuktikan bahwa Ulat Jerman mengandung mineral fosfor, magnesium, sodium, kalium, serta khlorida. 

Asupan mineral yang cukup mampu membantu pembentukan tulang dan gigi, fungsi normal sistem saraf dan kinerja otot, mendukung pertumbuhan janin dan kesehatan hewan betina yang sedang bunting, hingga membantu melindungi hewan dari penyakit.

Penting untuk mencukupi asupan mineral bagi hewan ternak serta hewan peliharaan agar mereka tetap sehat dan memiliki performa yang baik.  

Khitin Rendah

Keunggulan lainnya dari Ulat Jerman adalah kandungan khitin yang rendah. Khitin sendiri merupakan komponen utama dari cangkang luar pelindung tubuh serangga berupa lapisan keras (eksoskeleton). Pada Ulat Jerman, khitinnya hanya berkisar 3,9-6%. Kandungan khitin yang rendah ini menyebabkan Ulat Jerman lebih mudah dicerna dan aman bagi saluran pencernaan hewan, khususnya pada burung, meski dikonsumsi dalam jumlah yang besar.

Pakan yang Versatile

Ulat Jerman merupakan bahan pakan yang "versatile" karena memiliki kemampuan untuk dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi  berbagai jenis hewan ternak dan peliharaan. Penggunaan Ulat Jerman sebagai bahan pakan sudah mulai dilakukan di Indonesia walaupun belum terlalu populer. Budidaya ulat jerman khususnya ditujukan untuk penghobi hewan peliharaan seperti sugar glider, burung kicau, dan berbagai macam reptil. 

Selain itu, ulat jerman juga diberikan kepada hewan budidaya seperti berbagai jenis ikan dan unggas. Bahkan studi membuktikan pemberian Ulat Jerman pada ikan memberi pengaruh yang baik, seperti peningkatan ketahanan tubuh dan pertambahan bobot badan. Ulat jerman dapat diberikan sebagai pakan pada berbagai spesies ikan, seperti ikan lohan, arwana, oskar, piranha, lele, nila, gurami, dan berbagai macam jenis ikan.

Pakan Super Bagi Unggas

Ulat Jerman sudah marak diberikan sebagai pakan unggas, salah satunya untuk burung peliharaan karena dikenal mampu meningkatkan kualitas suara kicauan burung, menambah stamina, dan menjaga kesehatan burung peliharaan. Studi membuktikan bahwa pemberian ulat jerman memberi efek positif pada kenaikan berat badan dan konsumsi pakan pada ayam broiler. Studi lain menunjukan bahwa minyak yang diperoleh dari esktraksi ulat jerman mampu mengganti minyak kedelai yang merupakan bahan sumber energi yang umum dipergunakan dalam pakan ternak unggas. Ulat Jerman juga terbukti mampu memberikan efek baik dalam pencegahan berbagai agen penyakit pada unggas, seperti virus, bakteri, jamur, maupun parasite.

mannapro
mannapro

Ulat jerman memiliki potensi dan keunggulan yang luar biasa sebagai salah satu "Pakan Super" yang memberikan berbagai manfaat bagi hewan ternak dan peliharaan. Keunggulan utama dari ulat jerman terletak pada kaya akan kandungan nutrisi, termasuk protein, lemak, serta mineral penting. Hal ini menjadikannya pilihan pakan yang berkualitas tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi berbagai jenis hewan. Perlu lebih untuk mengeksplorasi Ulat Jerman dalam pemanfataannya sebagai bahan pakan.

Referensi

Barroso FGC, de Haro, Sánchez-Muros MJ, Venegas EA, MartínezSánchez, Pérez-Bañón C. 2014. The potential of various insect species for use as food for fish. Aquaculture. 422– 423: 193–301.

Kierończyk BM, Rawski A, Józefiak, J, Mazurkiewicz, Świątkiewicz S, Siwek M, Bednarczyk M, Szumacher-Strabel M, Cieślak A, Benzertiha A, Józefiak D. 2018. Effects of replacing soybean oil with selected insect fats on broilers. Anim. Feed Sci. Technol. 240: 170–183.

Oonincx DGAB, Dierenfeld ES. 2012. An investigation into the chemical composition of alternative invertebrate prey. Zoo Biol. 31: 40–54.

Rumbos CI, Athanassiou CG. 2021. The superworm, zophobas morio (coleoptera:tenebrionidae): a ‘sleeping giant’ in nutrient sources. Journal of Insect Science. 21(2): 1–11.

Untung K, Sudomo M. 1997. Strategi pengelolaan serangga secara berkelanjutan. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. PEI dan Univ Padjadjaran. Bandung: Universitas Padjajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun