Melalui pendidikan dan perjalanannya, Dolorosa tak hanya menciptakan karya, tetapi juga membangun narasi yang kuat tentang kebebasan, keberanian, dan eksplorasi tanpa batas.
Dolorosa Sinaga adalah bukti nyata bahwa mimpi besar membutuhkan keberanian dan kemandirian untuk mencapainya. Ketika banyak perempuan pada zamannya menghadapi keterbatasan akses pendidikan, terutama di luar negeri, Dolorosa justru memilih untuk menantang batasan tersebut.
"Saya dari dulu diajarkan oleh Bapak untuk bisa berdiri di kaki sendiri. Jadi, pembelajaran itu saya balikan lagi ke dia. Saya tidak mau bergantung padanya," ungkapnya, mengenang perjuangannya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan seni patung di Inggris.
Ia berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah Inggris melalui kerja sama dengan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Namun, ia baru memberitahukan kabar tersebut kepada ayahnya seminggu sebelum keberangkatannya. "Seminggu sebelum saya berangkat baru saya bilang. Dia tidak bisa mengatakan saya tidak boleh pergi, karena saya akan tetap pergi. Dia sampai pusing karena saya kembalikan ajarannya: harus berdiri di kaki sendiri" katanya sambil tersenyum.
Belajar di St. Martin's School of Art, salah satu sekolah seni patung terbaik di Inggris, bukanlah hal mudah. Tetapi, Dolorosa merasa beruntung berada di lingkungan yang mendukung, karena mahasiswa undangan dari berbagai negara yang  saling membantu. "Visi mereka adalah saling mendukung. Saya sangat beruntung mendapatkan pendidikan terbaik di Inggris di bidang seni patung," ujarnya dengan penuh syukur.
Ia lulus pada tahun 1983 di St. Martin's School of Art di London, Inggris dan melanjutkan studi lagi di berbagai tempat di Amerika Dolorosa Sinaga merintis perjalanan pendidikannya di berbagai institusi seni di Amerika Serikat. Ia mendalami seni rupa di San Francisco Art Institute sebelum mengikuti program magang selama enam bulan di Piero's Art Foundry, Berkeley.Â
Di tempat ini, Dolorosa mempelajari teknik pengecoran dan pewarnaan logam perunggu secara mendalam. Keahliannya semakin terasah melalui pelatihan pembuatan konstruksi pengecoran di Maryland University, teknik pembesaran skala patung di Ringling School of Art, Florida, serta studi cetakan berbahan pasir silika di Department Art, Sonoma State University.
Seiring dengan globalisasi dan kemajuan teknologi, batas-batas geografis dunia seni semakin memudar. Hal ini terlihat dari kemajuan seni di Indonesia yang kini mampu berdiri sejajar dengan karya-karya dari luar negeri. Menurut Dolorosa Sinaga, tidak ada lagi jurang besar yang memisahkan seni Indonesia dengan seni internasional.
"Kalau dilihat dari sekarang,.tidak ada lagi perbedaan karena Asia, termasuk Indonesia, sudah naik ke atas" ujar Dolorosa.
Dolorosa Sinaga telah membuktikan bahwa seni bukan hanya wacana estetika, tetapi juga sebuah perjalanan perjuangan dan pernyataan. Melalui karya-karyanya, ia terus menggugah kesadaran, menantang ketidakadilan, dan merayakan semangat solidaritas. Dari masa kecilnya di Sibolga hingga mendalami seni di berbagai belahan dunia, Dolorosa telah menorehkan jejak yang kuat dalam dunia seni rupa, khususnya seni patung.
Sebagai salah satu seniman perempuan paling berpengaruh di Indonesia, Dolorosa adalah simbol keberanian untuk melampaui batasan. Ia membawa pesan bahwa seni, jika dipahami dan digarap dengan hati serta pikiran, mampu menjadi jembatan universal yang melampaui perbedaan budaya, geografis, dan sosial.