Mohon tunggu...
Nadya Aprina Theodora
Nadya Aprina Theodora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang mahasiswi Biologi di salah satu kampus swasta di Yogyakarta. Tertarik pada bidang kesehatan dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Permasalahan dan Strategi Pengendalian Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis di Karawang, Jawa Barat

21 Juni 2022   09:10 Diperbarui: 21 Juni 2022   09:19 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit Filariasis atau yang biasa disebut kaki gajah adalah salah satu contoh penyakit tular vektor. Penyebab penyakit ini adalah cacing filaria yang sangat kecil atau disebut mikrofilaria dan nyamuk sebagai vektornya. Sehingga jika seseorang digigit nyamuk yang sudah ada mikrofilaria, maka seseorang tersebut bisa terinfeksi kaki gajah dengan cara cacing berkembang biar dalam pembuluh darah tepatnya pada kelenjar getah bening yang akan mengakibatkan pembengkakan semakin hari semakin besar pada beberapa bagian tubuh. 

Tiga spesies cacing filaria penyebab kaki gajah adalah Brugia malayi, Wucheria bancrofti, dan Brugia timori. Lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Sedangkan nyamuk yang berperan sebagai vektor diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Armigeres, dan Mansonia. Filariasis diketahui menyerang semua golongan dari anak-anak maupun orang dewasa. Filariasis memiliki beberapa gejala seperti demam selama 3 – 5 hari pada filariasis akut. 

Selanjutnya diikuti dengan membengkaknya kelenjar getah bening di lipatan ketiak, paha dan terasa sakit serta panas. Dari getah bening, menjalar ke ujung lengan atau kaki dan terjadi abses filarial karena pembengkakan kelenjar getah bening yang dapat pecah dan mengeluarkan nanah. Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh terasa panas dan kemerahan. Sedangkan filariasis kronis gejalanya berupa pembesaran menetap pada lengan, buah dada, buah zakar, atau tungkai. Selain menimbulkan perubahan pada fisik penderita, penyakit filariasis memberikan dampak yang besar bagi psikis karena memberikan beban sosial bagi penderita.

Di Indonesia filariasis tersebar luas hampir di seluruh provinsi. Bedasarkan hasil survey tahun 2000 tercatatat sebanyak 1.553 desa yang tersebar di 231 kabupaten 26 provinsi sebagai wilayah endemis dan pada tahun 2005, ada 8.243 kasus filariasis yang meningkat menjadi 14.932 orang dari 418 kabupaten/kota di 34 provinsi. Di provinsi Jawa Barat sendiri, penderita filariasis sampai tahun 2010 tersebar di 11 kabupaten/kota endemis dari 25 kabupaten/kota dan menyebar di 266 desa 147 kecamatan dengan kasus kromis dan mikrofiaria positif berjumlah 1.220 orang. 

Disebutkan bahwa provinsi Jawa barat dan Banten bagian pedesaan memiliki risiko yang tinggi karena cacing penyebabnya dan nyamuk vektor tersebar luas. Sedangkan di Karawang sendiri, dalam kurun waktu 13 tahun terdapat 52 penderita, 7 diantaranya meninggal. Sejak tahun 2004, Karawang dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis dan sampai tahun 2013 terdapat 43 kasus.

Untuk pencegahannya, dinas kesehatan kabupaten Karawang menggelar sosisalisasi pemberian obat massal pencegahan melalui media massa, banner, spanduk, poster, dan brosur. Pelaksanaan pemberian obat massal pencegahan filariasis ini dilakukan melalui pengobatan massal selama lima tahun berturut-turut dilaksanakan mulai bulan November 2013. Dalam mengeliminasi penyakit filariasis atau kaki gajah ini, Indonesia menetapkan dua pilar yaitu memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal pencegahan filariasis atau disebut POMP Filariasis dan juga pencegahan filariasis. 

Pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat diethyl carbamazine citrate atau DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun selama 5-10 tahun. Dengan program pemerintah dalam mengeliminasi filariasis ini, diharapkan para masyarakat terlibat aktif juga dalam mengikuti arahan pemerintah dan mengonsumsi obat secara teratur. Begitu juga dengan penyebaluasan informasi yang tepat tentang penyakit ini kepada masyarakat yang belum paham gejala dan cara pencegahan penyakit ini. Walaupun dibutuhkan ratusan gigitan nyamuk yang membawa mikrofilaria untuk terinfeksi dan terserang penyakit ini, namun lebih baik jika dilakukan pencegahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun