“Menjalani cinta yang bertepuk sebelah tangan itu memang berat. Namun, semua tak semenyakitkan, jika kita dihianati orang yang kita cintai dengan sepenuh hati.”
Reynaldi Pratama, melabuhkan cinta pada seorang wanita yang dua puluh tahun lebih muda darinya. Ia memang bucin. Rey, lelaki mapan, juga tampan. Pemilik perusahaan transportasi terbesar di kotanya. Ia mengenal Keila, saat tak sengaja saling bertubrukan di sebuah toko buku. Mereka memang memiliki hobi yang sama. Suka membaca. Diusia yang tak lagi muda, mendapatkan seorang wanita yang memiliki hobi yang sama, membuat perasaan Rey membuncah.
Rey, terkenal dengan sebutan lelaki dingin. Setiap hari ia hanya fokus pada kerjaannya saja. Hingga, tanpa sadar, usianya tak lagi muda. Kedua orang tuanya sangat gusar, mereka takut putranya bukanlah lelaki normal. Tak pernah mereka lihat, Rey memiliki wanita spesial. Hingga, suatu hari. Rey membawa seorang wanita muda ke rumah. Betapa bahagianya, kedua orang tuanya. Usia mereka sudah sepuh, sudah waktunya menggendong cucu.
Keila, seorang mahasiswi akhir jurusan akuntansi, pada kampus favorit di kota mereka. Cantik, supel, sedikit manja. Hobi membacanya, menghantarkan ia menjadi kekasih seorang CEO. Hubungan mereka berjalan dengan harmonis. Rey, sangat mencintainya. Segala perhatian, kasih sayang, ia curahkan pada Keila. Ia tak muda lagi, bukan seorang kekasih yang ia cari. Di hari libur, mereka menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, toko buku yang jadi tujuan mereka. Terkadang, mereka menghabiskan waktu di cafe-cafe, sambil membahas buku yang mereka baca.
Suatu hari, Keila mendapat tugas dari kampus. Mewawancarai seorang pelaku usaha. Kaila, bersama teman satu kelompoknya, memilih hotel sebagai tempat usaha. Mereka di rekomendasikan oleh pihak HRD hotel, pada seorang manager pemasaran. Pertemuan yang tak disengaja terjadi. Ternyata, sang manager, adalah kakak kelas Keila sewaktu masih menggunakan pakaian putih abu-abu. Mirza Danuarta, ketua osis di angkatannya. Siapa yang tak mengenal, lelaki tampan, cerdas, serta kapten basket di sekolah mereka. Impian semua gadis untuk menjadi kekasihnya.
Selama ini, ternyata Mirza memiliki perasaan kepada Keila. Hanya, ia fokus menyelesaikan studinya. Akhirnya, ia kehilangan sosok Keila. Mirza tak menyangka, wanita yang ia impikan, datang sendiri ke hadapannya. Perasaan Mirza membuncah, ia begitu bahagia. Kali ini, ia tak akan melepaskan lagi. Apapun, akan ia lakukan. Semoga, Keila belum memiliki kekasih. Walau Keila sudah memiliki kekasih. Selagi janur kuning belum melengkung, ia harus berjuang merebut hati Keila.
Pertemuan yang sering terjadi, karena tugas kampus. Membuat Keila semakin dekat dengan Mirza. Perhatian kecil dari Mirza mulai menggoyahkan hati dan perasaan Keila pada Rey. Keila dan Rey memang belum berkomitmen untuk lebih serius ke jenjang pernikahan. Rey yang terlalu serius, kaku, juga kurang romantis, membuat Keila mulai bosan.
“Keila, aku jatuh cinta padamu, sejak masa putih abu-abu. Aku terlalu serius belajar, hingga mengabaikan rasaku padamu. Kini, aku telah sukses, maukah kamu menikah denganku,” ungkap Mirza, saat mereka sedang makan siang di resto hotel tempat Mirza bekerja.
Keila yang mulai nyaman, berada di dekat Mirza, tentu saja bahagia mendengar pinta Mirza.
“Datanglah ke rumah, pintalah aku pada kedua orang tuaku,” jawab Keila.
Tak membutuhkan waktu lama. Tanpa pemberitahuan kepada Rey. Proses pernikahan mereka terjadi dalam waktu singkat. Kini, sepasang pengantin sedang berada di pelaminan. Tampak wajah bahagia keduanya.