"Ok. Serempak teman-temannya menjawab."
Lukman mulai menyelam, tak lama ia kembali muncul ke atas permukaan. Ke-empat temannya mulai menyelam, berlomba untuk menemukan potongan kayu yang disembunyikan Lukman. Amir menemukan potongan kayu tersebut.
"Hore. Teriaknya. Aku dapat potongan kayu Lukman."
Permainan selanjutnya dilakukan oleh Amir. Namun saat Amir menyelam. Sekian lama ia tak muncul ke permukaan. Teman-temannya panik. Mereka bersamaan menyelam untuk mencari keberadaan Amir. Nahas, mereka tak juga menemukan keberadaan Amir. Mereka sepakat untuk naik dan segera melapor ke orang tua Amir. Rumah Amir tak jauh dari tempat mereka bermain.
"Assalamualaikum," serentak mereka memberi salam.
"Waalaikumus salam," jawab Ibu Amir.
"Bu Amir hilang. Ia tak muncul ke permukaan saat kami bermain," lapor Adi.
"Yaa Allah. Pak! Teriak ibu Amir panik memanggil ayahnya."
Ayah Amir seorang Nelayan. Ia berangkat malam hari dan pulang menjelang salat subuh. Kedua orang tua Amir, segera menghubungi pos ronda. Mengetuk kentungan. Memberitahukan kepada warga. Bahwa anaknya hilang di sungai. Serentak warga mencari. Ada yang menyelam. Ada yang menyusuri sungai. Mereka bahu membahu. Pak ustad memimpin doa. Semoga Amir segera ditemukan. Menjelang senja, Amir tak jua ditemukan.
Teman-temannya menangis. Mereka begitu takut, jika sahabatnya tak ditemukan. Mereka saling berangkulan.
Pagi hari, warga gempar. Ditemukan sesosok mayat, yang sudah mengapung dengan tubuh mulai membengkak. Mayat tersebut nyangkut di bawah jembatan sungai kapuas. Setelah di pastikan, ternyata memang benar. Mayat tersebut adalah, Amir yang hilang tenggelam kemarin siang.