Dengan langkah lunglai Hamdan terpaksa meninggalkan rumah yang barusan memberikannya luka. Zaleha, tak berani mengejar Hamdan, ia hanya berpasrah diri melihat sang kekasih dihina Bapaknya.
Tak terasa sebulan sejak Hamdan datang ke rumah. Tubuh Zaleha semakin kurus. Sejak ditolaknya lamaran Hamdan. Zaleha jatuh sakit. Ia merana karena kepergian sang kekasih. Melihat keadaan Zaleha yang seperti kehilangan semangat untuk hidup. Amir, pamannya Zaleha, adik dari bapaknya.Â
Meminta Hamdan untuk bertemu. Ia mendapat kontak Hamdan dari handhone Zaleha. Ia sangat menyayangi keponakannya. Tanpa setahu abangnya. Ia bermaksud menyatukan sepasang kekasih tersebut. Ia pun membuat pertemuan dengan Hamdan.
"Hamdan, aku mendukung hubunganmu dengan Zaleha. Aku sangat menyayanginya. Kalian bisa kawin lari ke luar dari kota ini. Bawalah Zaleha sejauh mungkin. Aku siap menjadi wali untuk Zaleha," ucapnya. Saat ini mereka berada disebuah cafe.
Hamdan yang sebelumnya sudah patah arang. Kini semangatnya bangkit lagi. Merekapun membuat rencana. Pada hari yang telah mereka sepakati. Amir berhasil membawa Zaleha keluar rumah. Suasana rumah yang lengang, membuat mereka mudah pergi.
Tibalah mereka di kota kabupaten, yang jaraknya enam jam perjalanan dari kota kelahiran Zaleha dan Hamdan. Tanpa membuang waktu. Hanya dengan pernikahan sederhana, di langgar dekat kontrakan mereka. Pernikahan suci sepasang kekasih yang saling mencinta. Terikrar sudah. Raut bahagia tampak di wajah pasangan halal tersebut. Dengan kebaya putih sederhana, wajah Zaleha terlihat cantik di wajah pucat pasinya. Ia masih belum pulih benar. Namun rona bahagia sangat jelas terpancar di wajahnya. Amir sangat bahagia, ia siap menerima resiko atas perbuatannya.
Di rumah bercat putih, dengan pagar beton tinggi menjulang. Terlihat panik. Pak Darman, yang sadar akan ketiadaan Zaleha di kamarnya. Sangat murka. Apalagi, saat ia menemukan sepucuk surat yang berisi tulisan Zaleha.
Teruntuk Bapak Tersayang
Zaleha memohon maaf yang sebesar-besarnya. Zaleha sangat mencintai bang Hamdan. Zaleha tak bisa hidup tanpa dirinya. Zaleha mohon, kerelaan bapak untuk melepas kepergian Zaleha. Sudilah bapak merestui hubungan kami. Saat bapak membaca surat Zaleha, Leha telah meninggalkan kota ini. Maafkan anakmu yang tak dapat memenuhi perintahmu.
Sembah sujud anakmu.
Zaleha.