Saat dia mendorong pintu, getaran menjalar ke dalam dirinya. Ruangan itu kosong, kecuali tempat tidur berkarat dan kursi tua. Di dinding, ditulis dengan huruf-huruf yang goyah dan nyaris tak terlihat, dia bisa membaca: "Kamu tidak akan pernah keluar dari sini." Dan kemudian dia mengerti. Dia bukan satu-satunya yang jatuh ke dalam perangkap gedung. Banyak orang sebelum dia datang mencari masa depan, tapi apa yang mereka temukan adalah kegelapan yang perlahan melahap mereka.
Malam itu juga, sosok itu muncul lagi di kamarnya. Kali ini dia tidak berada di kaki tempat tidurnya, tapi tepat di depannya, menatapnya. Sarah, yang kelelahan dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan, tahu bahwa dia tidak dapat melarikan diri. Bayangan menyelimuti dirinya, dan hal terakhir yang dilihatnya adalah matanya sendiri yang terpantul di mata cerah itu, penuh kehampaan.
Keesokan paginya, tidak ada yang melihatnya meninggalkan kamarnya. Tetangga berkomentar tentang bau aneh yang berasal dari kamarnya, tapi tidak ada yang melakukan apapun. Bangunan kembali seperti semula, menunggu korban berikutnya untuk mencari masa depan cerah di ibu kota.
Maka, Sarah menjadi gaung lainnya, terperangkap selamanya dalam bayang-bayang kota yang melahap mimpi dan jiwa tanpa ampun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H