Kabin, yang tersembunyi di antara pepohonan hutan, tampak tergantung pada waktu. Pada pandangan pertama, itu adalah tempat perlindungan biasa, tapi sesuatu di udara menunjukkan bahwa tidak semuanya seperti yang terlihat. Loneny merasakannya begitu dia melewati ambang pintu, getaran menjalar di punggungnya saat pintu berderit di belakangnya.
Saya ada di sana untuknya. Setiap perjumpaan dengan Saúl merupakan campuran antara hal yang terlarang dan hal yang tidak dapat ditolak, hal yang sensual dan hal yang gelap. Sambungannya menggunakan listrik, tapi malam itu, di kabin itu, ada sesuatu yang berbeda.
Saúl sedang duduk di kursi dekat api unggun, pandangannya tertuju padanya. Ada sesuatu di wajahnya yang membuatnya berhenti sejenak. Tapi sebelum dia bisa bertanya padanya, dia berdiri, berjalan ke arahnya dengan intensitas yang sama yang selalu membuatnya tertarik. Tangannya yang besar dan kokoh mengelilinginya, dan kulitnya langsung bereaksi, terasa perih di bawah sentuhannya.
Hasratnya terlihat jelas, dan saat dia menciumnya, dunia di luar kabin memudar. Bibirnya bergerak dengan perasaan mendesak yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, seolah waktu hampir habis. Saúl dengan lembut membaringkannya di tempat tidur, tubuhnya menutupi tubuhnya. Nafasnya terjalin dengan tangannya saat tangannya menjelajahi setiap sudut, setiap lekuk tubuh, setiap inci kulitnya dengan campuran kelembutan dan rasa lapar.
Tapi sesuatu tentang cara dia menyentuhnya, sesuatu tentang tekstur jari-jarinya, membuat Lonely terdiam sejenak. Kulitnya terasa aneh saat disentuhnya, lebih dingin dari biasanya. Mata Saúl, gelap dan dalam, menatapnya, tetapi pada saat itu, Lonely melihat sesuatu di dalamnya yang tidak pernah dia sadari: kilauan yang bukan manusia.
Dia mencoba menarik diri, tapi Saúl memeluknya erat-erat, terlalu erat untuk sekedar gairah. Hasrat yang tadinya menyenangkan kini terasa seperti jebakan. Wajah familiarnya mulai berubah di depan matanya, kulitnya meregang, memperlihatkan semacam daging kemerahan dan berdenyut di bawahnya.
“Apa yang kamu?” Lonely berbisik, ketakutan, ketika dia mencoba melepaskan diri dari pelukannya.
“Saúl tersenyum, tapi itu bukan lagi senyuman seorang laki-laki, melainkan senyuman sesuatu yang jauh lebih tua dan lebih lapar.
"Aku adalah hasratmu yang terdalam," jawabnya dengan suara yang tidak sepenuhnya miliknya. Dan aku datang untuk mengklaim apa yang menjadi milikku.
Kulit Saúl mulai terkelupas, menampakkan wujud yang aneh, makhluk yang menggunakan hasrat sebagai penyamaran, tersembunyi di antara kesenangan duniawi. Lonely berteriak, tetapi tidak ada jalan keluar. Tubuh Saúl, atau apa yang tersisa darinya, menyelimutinya, dan di saat-saat terakhir teror itu, dia menyadari bahwa dia telah terpikat ke dalam perangkap yang sempurna.
Bisikan-bisikan memenuhi kabin, gema nafsu dan ketakutan, saat makhluk itu habis melahap jiwanya, meninggalkannya terjebak selamanya dalam momen hasrat abadi, membeku dalam kesenangan dan kengerian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H