Ketika penduduk desa menyadari hal ini, ada sesuatu yang berubah dalam diri mereka. Keheningan yang menyelimuti rumah Tania tidak lagi sama. Untuk pertama kalinya, mereka merasakan beratnya tindakan mereka, kepedihan karena ditolak seseorang yang selama ini hanya ingin hidup dan mencintai dalam damai. Tidak ada monster di rumah itu, hanya seorang wanita yang hatinya lebih besar dari kelainan apa pun.
Mereka membangun sebuah batu nisan sederhana untuk Tania dan ibunya, dan di atasnya, mereka mengukir kata-kata berikut:
“Di sini beristirahat Tania dan Lusi, seorang putri dan ibunya, disatukan oleh cinta dan pengorbanan. Semoga hidup mereka mengingatkan kita bahwa cacat sebenarnya bukan pada tubuh, tetapi pada jiwa mereka yang menolak orang lain tanpa mengetahui sejarah mereka.”
Pesan kehidupan Tania menyebar ke luar desa, dan meskipun tidak ada yang bisa mengembalikan waktu yang telah hilang, kisahnya mulai bergema di kalangan orang-orang yang pernah mengabaikannya. Solidaritas, cinta dan kasih sayang adalah nilai-nilai yang mendefinisikan kita, dan kehidupan Tania adalah pengingat tragis akan kerugian dunia jika melupakan kebenaran ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H