Rasa sakitnya tak tertahankan, seolah-olah seseorang telah merobek sebagian tubuhnya dan meninggalkan lubang yang tidak akan pernah bisa disembuhkan. Malam menjadi panjang dan sepi, air mata mengalir tanpa suara ke seprai saat ingatan tentang Javier perlahan memudar. Kadang-kadang Laura mengira dia mendengar suaranya di sudut-sudut rumah, seolah-olah hantu-hantu yang dulu masih menghantuinya.
Dia mencoba untuk bergerak maju, dia mencoba untuk melanjutkan hidupnya, namun rasa sakitnya terus-menerus, terus-menerus. Itu adalah jenis luka yang tidak mengeluarkan darah dari luar, tapi menghancurkan segala yang ada di dalam. Itu adalah jenis rasa sakit yang hanya bisa ditimbulkan oleh cinta. Namun, terlepas dari segalanya, Laura tetap mencintainya. Ini adalah tindakan yang paling tidak adil. Dia masih mencintainya, meskipun kepergiannya telah menghancurkannya dalam cara yang menurutnya tidak mungkin terjadi
Suatu sore, saat berjalan melewati taman tempat mereka biasa duduk bersama, Laura berhenti di depan sebuah bangku. Bank yang sama tempat mereka merencanakan masa depan mereka, tempat dia menggandeng tangannya dan berjanji tidak akan pernah meninggalkannya. Dia duduk, merasakan angin dingin membelai wajahnya, dan memejamkan mata. Untuk sesaat, dia bisa merasakan kehadirannya, seolah dia masih ada di sana, di sampingnya.
"Aku merindukanmu..." dia berbisik ke udara, seolah-olah kata-katanya bisa sampai padanya dengan cara tertentu.
Tapi tidak ada jawaban. Hanya keheningan, keheningan yang berat, seperti yang telah menetap dalam hidupnya sejak kepergiannya. Dan kemudian, dia mengerti. Cinta yang mereka bagikan telah menandai dirinya selamanya, dengan cara yang tidak akan pernah bisa dia lupakan. Tapi dia juga belajar bahwa cinta yang sama yang memenuhi hidupnya dengan kebahagiaan kini justru membuatnya hancur.
Hanya cinta yang menyakitkan seperti itu. Kebenaran itu, walaupun menyakitkan dan tidak bisa dihindari, akan selalu menemaninya. Namun meski hatinya hancur, meski air mata tak henti-hentinya berjatuhan, dia tahu suatu saat nanti, entah bagaimana, dia akan menemukan cara untuk move on.
Karena meskipun cinta itu menyakitkan, cinta juga memberi kita kekuatan untuk sembuh, untuk terus hidup, meski kita yakin semuanya telah hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H