Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Horor

Rosiana dan Rahasia Pusaran Air

12 Oktober 2024   15:37 Diperbarui: 12 Oktober 2024   15:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Rosiana, sumber: Pixabay)

Matahari terbenam perlahan di atas kota Wesley, sebuah dusun yang sangat kecil sehingga hampir tidak terlihat di peta. Terletak di antara pegunungan, beberapa kilometer dari Wesley, satu-satunya ciri khasnya adalah sungai yang melintasinya, seperti ular air yang memberi kehidupan sekaligus menyembunyikan rahasia kelam. Di tepian sungai itu, para perempuan sedang mencuci pakaian, dengan tangan yang lapuk karena pekerjaan dan senyuman lelah. Namun beberapa tahun lalu, ada pengecualian.

Rosiana, wanita tercantik di Wesley, biasa mencuci pakaiannya di air sungai yang jernih. Rambut hitam panjangnya yang berkilau menjadi perbincangan para pria di kota, dan senyumannya tak seorang pun bisa melupakannya. Tangan Rosiana lembut, begitu halus sehingga ketika mencuci, mereka seolah-olah membelai air alih-alih mengolahnya. Namun hidupnya berakhir dengan tragedi ketika dia tersapu oleh pusaran air yang terbentuk di sungai setiap musim semi. Warga mengatakan kematiannya bukan suatu kebetulan. Semua orang di kota tahu cerita itu, tapi memilih untuk tidak membicarakannya.

Inez tiba di kota Wesley pada suatu sore yang panas di bulan Juli. Ia adalah seorang jurnalis dan sedang mencari cerita untuk serangkaian kronik tentang legenda lokal. Dia telah mendengar tentang kasus Rosiana dari sebuah sumber di Wesley. Dan karena merasa ada sesuatu yang lebih di balik legenda itu, dia memutuskan untuk menyelidikinya. Setibanya di sana, dia menemukan tempat yang membeku dalam waktu. Rumah-rumahnya terbuat dari batu bata, panasnya luar biasa dan orang-orang memperhatikannya dengan rasa tidak percaya. Tidak ada yang menyukai orang asing.

Baca juga: Undangan Terakhir

“Rosiana?” “Sebaiknya kau tidak terlibat dalam hal itu, Nak,” kata seorang wanita tua di toko kelontong Nadz Store, satu-satunya tempat di mana waktu sepertinya tidak berhenti, karena rak-raknya penuh dengan produk-produk modern. Namun, perkataan wanita tua itu hanyalah permulaan.

Inéz, dengan tape recorder dan buku catatannya, mewawancarai beberapa penduduk kota, namun mereka semua enggan menjelaskan secara rinci. “Apa yang terjadi di sungai harus tetap di sana,” kata mereka. Namun, setiap cerita menunjukkan hal yang sama: kematian Rosiana bukanlah suatu kecelakaan. Inez merasa penasaran, dan malam itu dia memutuskan untuk pergi ke sungai sendirian. Saya merasa hampir menemukan sesuatu yang penting.

Bulan samar-samar menyinari tepian sungai ketika Inez tiba. Angin bertiup sepoi-sepoi, namun ada ketenangan yang mencekam di udara. Dia berlutut di dekat air, mengamati pantulan bulan di ombak yang tenang. Saat itulah dia mendengar nyanyian itu. Melodi lembut dan melankolis yang melayang di udara. Inez segera berdiri, jantungnya berdebar kencang. Dia melihat sekeliling, mencari seseorang, tapi tidak ada siapa-siapa. Atau setidaknya dia berpikir begitu.

Tiba-tiba, sesosok tubuh muncul di kejauhan. Seorang wanita muda, dengan pakaian kuno, berjalan perlahan menuju sungai yang berputar-putar. Inez mengawasinya, lumpuh. Wanita muda yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya, terus berjalan hingga menghilang ke dalam air. Inez mencoba mendekat, tetapi begitu dia melangkah maju, nyanyiannya berhenti dan sungai kembali tenang. Dia berlari kembali ke desa, jantungnya berdebar kencang.

Malam itu, mimpi menghantuinya. Di dalamnya, Rosiana memanggilnya, terjebak di dalam air, meminta bantuan. Setiap malam mimpi yang sama. Putus asa, Inez tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekedar legenda sederhana. Ada sesuatu yang gelap di sungai, sesuatu yang masih tidak dia mengerti.

Keesokan harinya, dia menemukan orang tua yang bernama Damian, salah satu dari sedikit orang yang masih mengingat detail kejadian tersebut. Dia menemukannya sedang duduk di alun-alun, di bawah naungan pohon mesquite. Orang tua itu, dengan mata cekung dan tangan gemetar, pada awalnya tidak mau berbicara. Namun setelah beberapa kali mencoba, dia menyerah.

“Saya ada di sana pada hari Rosiana menghilang,” kata Damián, suaranya nyaris berbisik. Kisah yang diceritakan kepada Anda tidak sepenuhnya benar. Ya, dia meninggal di pusaran air, tapi itu bukan kecelakaan.

Inez memandangnya dengan takjub. Akhirnya, ada yang bersedia mengatakan yang sebenarnya.

Pria yang menyerangnya, dia membuat perjanjian dengan sesuatu di sungai itu. Saya tidak tahu apa itu, tapi itu bukan manusia. Dia ingin Rosiana mencintainya, tapi dia menolak, dan ketika dia mencoba memaksanya, sungai menghukumnya.

Damian terdiam, seolah kata-kata itu terasa terbakar di tenggorokannya.

Pria itu juga terseret oleh air, tapi bukan hanya tubuhnya. Jiwanya terperangkap dalam pusaran air. Sejak itu, air itu dikutuk.

Inéz merasakan hawa dingin merambat di punggungnya. Potongan-potongan itu mulai menyatu. Apa yang dilihatnya malam itu di sungai bukan sekadar ilusi, melainkan sesuatu yang jauh lebih buruk. Ia tahu jika ingin membebaskan jiwa Rosiana, ia harus menghadapi pusaran air.

"Apa yang bisa saya bantu?" -diminta.

Damián memandangnya dengan kesedihan yang tak terhingga.

-Ada ritualnya. Sebuah ritual pemurnian kuno. Tapi itu berbahaya. Jika Anda tidak melakukannya dengan benar, sungai akan membawa Anda juga.

Pada malam yang sama, Inéz memutuskan untuk pergi ke sungai sekali lagi, tapi kali ini dia sudah siap. Di bawah pohon ek tua yang ditunjukkan Damian kepadanya, dia menyalakan api dan melafalkan kata-kata yang diajarkan lelaki tua itu kepadanya. Angin mulai bertiup kencang, dan air sungai mulai bergejolak dengan kencang. Pusaran air muncul di depan matanya, lebih besar dan menakutkan dari sebelumnya. Dari tengah pusaran air, sesosok muncul. Pria itulah yang menyerang Rosiana, namun wajahnya cacat, ditutupi penderitaan bertahun-tahun. Matanya terbakar kebencian.

Inéz merasa angin mencoba menyeretnya menuju pusaran air, namun pada saat itu, sesosok tubuh muncul di sampingnya. Itu Rosiana. Dengan tatapan tenang, dia memberi isyarat kepada Inéz untuk melanjutkan ritualnya. Dengan tangan gemetar, wartawan itu mengucapkan kata-kata terakhirnya. Roh pria itu mengeluarkan jeritan tajam yang menggema di seluruh lembah. Inéz menutup matanya rapat-rapat, mengharapkan yang terburuk, tetapi ketika dia membukanya lagi, pusaran air telah menghilang.

Keesokan paginya, penduduk kota menemukan Inéz tergeletak di tepi sungai, kelelahan namun masih hidup. Air sungai yang tadinya keruh dan gelap kini mengalir jernih memantulkan sinar matahari seolah kejahatan sudah hilang selamanya. Penduduk kota mendekat, namun tak seorang pun bertanya. Mereka tahu bahwa pusaran air, yang telah lama menyiksa malam-malam mereka, sudah tidak ada lagi.

Inéz kembali ke kota dengan ceritanya. Meskipun dia telah mendapatkan apa yang dia cari, dalam hatinya dia tahu bahwa ada sesuatu dalam dirinya yang tersisa di Wesley. Rosiana akhirnya beristirahat dengan tenang, namun sang jurnalis membawa janji diam-diam, sebuah pengingat akan keadilan yang telah dipulihkan.

Seiring berjalannya waktu, legenda Rosiana dn Pusaran Air terus berlanjut, namun dengan makna baru. Itu bukan lagi sekedar kisah tragedi, tapi kisah penebusan. Dan meskipun pusaran air menghilang selamanya, mereka yang tinggal di dekat sungai mengklaim bahwa, pada malam paling sunyi, mereka masih bisa mendengar gema lagu lembut yang dibawakan oleh angin.

Legenda apa yang paling berkesan dalam hidupmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun