Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Guardian Angel Terakhir

8 Oktober 2024   20:10 Diperbarui: 8 Oktober 2024   20:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Penjaga Nafas terakhir, sumber: pixabay.com/tskirde)

Tiba-tiba, Andrew berhenti dan berbisik, "Kamu mendengarnya?" Luciana menahan napas. Di tengah angin, aku bisa mendengar gumaman, seolah pepohonan sedang berbicara. "Mereka memanggil kita," kata Andrew, matanya terbuka lebar.

Luciana meraih tangannya, menariknya ke depan, tetapi suara angin menjadi lebih jelas. "Biarkan dia pergi," katanya, "biarkan dia istirahat." Luciana gemetar, mengenali suara itu: itu suara ibunya, tapi itu bukan berasal dari tubuhnya yang sakit, tapi dari sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang menghuni kematian itu sendiri.

Ketika mereka kembali ke rumah, mereka menemukan ibu mereka masih hidup, tetapi hampir tidak sadarkan diri. Bibirnya bergerak, mengulangi kata-kata yang sama: "Biarkan aku pergi." Tapi Luciana tidak bisa menerima hal itu. 

Dia tidak bisa membiarkan satu-satunya orang yang mereka tinggalkan menghilang. Dia duduk di sampingnya, mencoba memberinya makan kentang dan beri, tapi makanan itu jatuh begitu saja dari bibirnya yang lemas.

Malam itu, bayang-bayang semakin pekat. Saat Luciana tertidur karena kelelahan, Andrew tetap terjaga, memandang ke sudut gelap ruangan. Dan kemudian, mereka melihatnya: sosok tinggi kurus, dengan mata cekung yang bersinar seperti bara api, mengawasi mereka dari sudut. Itu bukan imajinasinya. Itu bukan angin. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang datang untuk ibunya.

Andrew bangkit, gemetar, dan mendekati tempat tidur ibunya. "Kau tidak bisa membawanya," gumamnya, suaranya nyaris berbisik. Namun sosok itu tidak bergerak. Sebaliknya, dia mendekat, langkahnya lambat tapi pasti.

 Andrew merasa tubuhnya lumpuh karena rasa takut, tapi dia tidak bisa memalingkan muka. Sosok itu mengulurkan tangannya yang panjang dan kurus ke arah ibunya, dan ketika hendak menyentuhnya, Luciana terbangun.

Dia melompat dari tempat tidur dan berdiri di antara sosok itu dan ibunya. "Tidak! Kamu tidak bisa membawanya!" teriaknya. Namun sosok itu tidak merespon. Ia menghilang begitu saja, seolah-olah tidak pernah ada.

Keesokan paginya, ibunya sudah tidak bernapas lagi. Tubuhnya dingin dan kaku, seolah kematian telah menunggu saat yang tepat untuk merenggutnya. Luciana dan Andrew tetap berada di sampingnya, dalam diam, mengetahui bahwa mereka telah melakukan segala kemungkinan untuk membuatnya tetap hidup. Tapi sekarang, hanya tersisa mereka berdua.

Beberapa hari berikutnya terasa samar-samar rasa sakit dan kesedihan. Mereka tahu mereka tidak bisa tinggal di rumah; Bayangannya lebih tebal dari sebelumnya, dan setiap sudut mengingatkan mereka pada ibu mereka, setiap suara tampak seperti gema dari bisikan terakhirnya. 

Pada akhirnya, kedua bersaudara itu berangkat, bergandengan tangan, ke dunia luar, menghadapi masa depan yang tidak pasti, namun mengetahui bahwa yang mereka miliki hanyalah satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun