Minggu berganti bulan, dan Sofia mencoba melanjutkan hidupnya. Meskipun rasa sakitnya sangat dalam, semangat gigihnya tidak akan membiarkannya jatuh. Suatu hari, saat berjalan melewati pasar, dia mendengar suara yang dikenalnya.
Lihat siapa yang ada di sini, tetap bersinar seperti biasanya.
Itu adalah Miko, teman masa kecilnya, yang selalu siap membuatnya tersenyum.
—Miko, sudah lama tidak bertemu. Senang melihatmu disini,” ucap Sofia sambil tersenyum yang meski tulus, tetap membawa bayang-bayang masa lalu.
Miko tidak seperti Jack. Dia memiliki kejujuran dan kehangatan yang merangkul hati. Dengan kesabaran, ia mengembalikan kebahagiaan dalam hidup Sofía, menunjukkan padanya bahwa tidak semua cinta itu pahit, bahwa ada orang yang rela memberikan jiwanya tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Suatu hari, ketika mereka sedang berjalan melewati pedesaan, Miko berhenti dan memandangnya dalam-dalam.
Sofía, aku tahu kamu terluka, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku ada disini, bahwa aku akan selalu berada di depan untukmu. Saya bukan pembohong dan saya juga tidak ingin menipu Anda. Jika kamu merasa aku salah, katakan padaku, dan kita akan mencari tahu bersama.
Sofia merasakan hatinya yang selama ini tertutup, mulai kembali berdetak penuh harapan. Mungkin kehidupan telah mempermainkannya, tapi dia tidak akan membiarkan hal itu menentukan masa depannya. Dengan Miko di sisinya, dia tahu bahwa kebahagiaan sejati ada pada momen-momen kecil penyerahan diri dan pengertian.
Malam itu, saat bintang bersinar di langit dan angin bertiup melalui pepohonan, Sofia menyadari sesuatu yang penting. Cinta sejati tidak diukur dari kata-kata manis, tapi dari perbuatan tulus dan kemampuan menyembuhkan luka masa lalu.
Apakah menurut Anda kesempatan kedua dalam cinta bisa menyembuhkan luka masa lalu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H