Tahukah Anda kota yang hilang berabad-abad di bawah hutan?
Tersembunyi selama berabad-abad di bawah lebatnya hutan Kamboja, terletak salah satu keajaiban paling menarik dan penuh teka-teki di dunia: Angkor Wat. Kota kuno ini, yang besarnya dan misterinya menantang imajinasi, dibangun pada abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II dari Kekaisaran Khmer. Awalnya didirikan sebagai kuil Hindu untuk menghormati Wisnu, Angkor Wat dirancang untuk menjadi cerminan Gunung Meru, gunung suci yang dianggap sebagai pusat alam semesta dalam kosmologi Hindu.
Besarnya situs ini sangat mencengangkan: mencakup lebih dari 160 hektar, menjadikannya kompleks keagamaan terbesar di dunia. Pada masa kejayaannya, Angkor bukan sekadar kuil, melainkan jantung kota metropolitan luas yang menjadi rumah bagi ribuan orang. Strukturnya yang dirancang dengan cermat menampilkan menara, parit, dan lorong-lorong berukir rumit yang menceritakan adegan-adegan epik dari Ramayana dan Mahabharata, menciptakan lanskap di mana sejarah, agama, dan seni saling terkait secara unik. Tidak heran kompleks ini menjadi simbol kekuasaan dan pengabdian Khmer.
Hal yang paling menakjubkan adalah bagaimana Angkor Wat bertahan dalam ujian waktu. Ketika Kekaisaran Khmer jatuh, hutan mulai mengambil kembali situs tersebut, menyembunyikan kuil dan peradaban yang pernah berkembang di sana. Selama berabad-abad, Angkor hampir terlupakan, hanya diketahui oleh penduduk setempat dan menjadi subjek mitos yang berbicara tentang kota terbengkalai yang dihuni oleh para dewa. Pada abad ke-19 penjelajah Perancis Henri Mouhot “menemukan kembali” Angkor Wat, membawa kekaguman akan kemegahannya pada pengetahuan Barat. Meskipun ini bukan sebuah penemuan – karena masyarakat Kamboja selalu mengetahui keberadaannya – kunjungan Mouhot menandai awal ketertarikan global terhadap kota kuno tersebut.
Mistisisme Angkor Wat tidak hanya terletak pada arsitektur dan simbolismenya, tetapi juga pada kisah-kisah yang tersembunyi di balik bebatuannya. Jaringan kanal dan waduk yang rumit, terlihat dari udara, menunjukkan bahwa Khmer telah mengembangkan sistem manajemen hidrolik yang sangat canggih, yang penting bagi pertanian dan kelangsungan hidup kota. Infrastruktur ini bisa menjadi penyelamat sekaligus kehancurannya, karena ada spekulasi bahwa perubahan iklim dan masalah pengelolaan air merupakan faktor penentu jatuhnya Kerajaan Khmer.
Berjalan menyusuri Angkor Wat seperti kembali ke masa lalu, merenungkan kemegahan sebuah peradaban yang hilang di tengah kehijauan hutan. Setiap sudut sepertinya menyembunyikan sebuah rahasia, sebuah legenda yang bergumam tentang dewa, raja, dan pertempuran yang terlupakan. Saat sinar matahari menyinari bebatuan kuno, bayangan menara mengingatkan kita bahwa kota ini, meski ditinggalkan dan hilang selama berabad-abad, tidak pernah sepenuhnya terlupakan. Gaung legenda mereka terus bergema, mengajak kita mengungkap misteri yang dulunya merupakan pusat sebuah kerajaan besar.
Saat ini, Angkor Wat tidak hanya menjadi simbol masa lalu Kamboja yang gemilang, namun juga merupakan tempat spiritualitas yang mendalam, tempat ribuan wisatawan dan penganutnya berkumpul setiap tahunnya. Meski temboknya telah rusak seiring berjalannya waktu dan serbuan alam, keagungan candi tetap utuh. Ini adalah bukti kekuatan kreatif manusia, dan pengingat akan perjalanan waktu yang tak terhindarkan, di mana peradaban besar dapat diambil alih oleh bumi dan masih meninggalkan bekas yang tak terhapuskan.
Jika Anda memutuskan untuk mengunjungi Angkor Wat, bersiaplah untuk tersesat dalam labirin sejarah, seni, dan alam. Setiap matahari terbit di atas menaranya, setiap batu yang diukir, akan membawa Anda selangkah lebih dekat ke gaung masa lalu, menuju sejarah kota yang hilang di bawah hutan, yang, terlepas dari semua perubahan, terus menunjukkan kepada dunia kehebatannya yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H