Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Virgil dan Karya Kekalnya Aeneid

29 September 2024   17:00 Diperbarui: 29 September 2024   17:05 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengganti Homer di Roma: Virgil dan karya Kekalnya “Eneid” 

Di jantung dunia kuno, di mana akar Kekaisaran Romawi terjalin dengan kekayaan budaya dan seni, muncullah seorang penyair yang karyanya akan menjadi pilar sastra Barat: Publius Virgil Maron, yang secara universal dikenal sebagai Virgil.

Lahir pada tahun 70 SM. Di desa pedesaan Andes, dekat Mantua, Virgil tumbuh dalam masa yang penuh gejolak, ditandai dengan perang saudara yang pada akhirnya mengarah pada konsolidasi kekuasaan di tangan Augustus, kaisar Romawi pertama. Masa perubahan dan konsolidasi ini akan sangat tercermin dalam karyanya yang paling terkenal, "Aeneid".

"Aeneid" adalah sebuah epik dalam dua belas buku yang menceritakan petualangan Aeneas, pahlawan Trojan yang ditakdirkan menjadi nenek moyang bangsa Romawi. Karya ini tidak hanya mencerminkan "Iliad" dan "Odyssey" karya Homer dalam gaya dan tema epiknya, tetapi juga merupakan upaya cerdik Virgil untuk memberikan asal mula yang mulia dan hampir ilahi ke Roma. Melalui petualangan Aeneas, Virgil merangkai narasi yang tidak hanya mengagungkan masa lalu Trojan Roma, namun juga membenarkan masa kini dan masa depan kekaisarannya di bawah pemerintahan Augustus.

Apa yang membuat "Aeneid" begitu istimewa adalah kemampuan Virgil menggabungkan tradisi epik Yunani dengan realitas Romawi. Puisinya, yang kaya akan gambaran dan simbolisme, tidak hanya berbicara tentang pahlawan dan dewa, tetapi juga tentang nilai-nilai Romawi: tugas, pengorbanan, dan kesalehan. Karya ini mencerminkan ketegangan antara takdir dan kebebasan individu, tema-tema yang bergema di Roma yang sedang berjuang menemukan identitasnya di tengah transformasi besar.

Virgil mengerjakan "Aeneid" selama sebelas tahun terakhir hidupnya, dan, menurut legenda, dia tidak pernah menganggapnya selesai. Di ranjang kematiannya pada tahun 19 SM, ia meminta agar karya tersebut dibakar, namun untungnya, keinginannya tidak dipenuhi oleh perintah Augustus, sehingga mahakarya ini tetap bertahan untuk menerangi generasi mendatang.

Pengaruh Virgil dan "Aeneid" -nya melampaui waktu dan tempatnya. Karyanya telah menginspirasi banyak seniman, penulis, dan pemikir selama berabad-abad, menjadi teks fundamental untuk memahami tidak hanya sastra kuno, namun juga identitas budaya Barat itu sendiri.

Dalam diri Virgil, Roma menemukan suaranya yang paling fasih, seorang penyair yang, seperti Homer sebelumnya, menangkap semangat peradaban dalam syairnya. "Aeneid" tetap menjadi bukti kehebatan Virgil, seorang penyair yang, dengan penanya, membangun sebuah monumen yang tahan lama seperti batu-batu Roma itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun