Siapakah Plato? Murid Socrates dan guru Aristoteles, salah satu filsuf paling berpengaruh dalam tradisi Barat.
Di Athena kuno, sebuah kota yang membanggakan seni dan demokrasinya, lahirlah seorang pria yang akan mengubah arah pemikiran Barat selamanya. Plato, murid Socrates dan guru Aristoteles, muncul sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam filsafat dan teori politik. Kehidupannya, yang terjalin antara kompleksitas politik Athena dan kecintaannya pada pengetahuan, merupakan kisah menarik tentang pencarian pemahaman manusia.
Lahir dari keluarga bangsawan pada tahun 428/427 SM, Plato ditakdirkan untuk hidup dengan pengaruh politik. Namun, pertemuannya dengan Socrates, seorang filsuf yang berkeliaran di jalanan Athena mempertanyakan segala hal, membawanya ke jalan yang berbeda. Di bawah bimbingan Socrates, Platon membenamkan dirinya dalam studi tentang etika, kebajikan, dan hakikat keadilan.
Eksekusi Socrates pada tahun 399 SM, sebuah peristiwa yang mengguncang jiwa Plato, mendorongnya mempertanyakan masyarakat dan nilai-nilainya. Bertekad untuk menemukan sistem yang mengutamakan keadilan dan kebajikan, Plato melakukan perjalanan ke Italia, Mesir, dan India, menyerap pengetahuan dan memperluas pandangan dunianya.
Sekembalinya ke Athena, Plato mendirikan Akademi, sebuah sekolah yang menjadi pusat pemikiran filsafat selama lebih dari dua milenium. Di sinilah dia mengajar Aristoteles, dan bersama-sama, mereka meletakkan dasar-dasar filsafat Barat.
Karya Plato sangat luas dan sangat berpengaruh. Dalam "Republik", ia mengeksplorasi gagasan tentang negara yang diperintah oleh raja-filsuf, individu yang dibimbing oleh akal dan kebijaksanaan. "Dialog" miliknya mencerminkan beragam tema, mulai dari sifat cinta dalam "Simposium" hingga keabadian jiwa dalam "Phaedo". "Alegori Gua", mungkin kontribusinya yang paling terkenal, mengajak kita mempertanyakan persepsi kita tentang realitas dan mencari kebenaran yang lebih dalam.
Platon percaya pada dunia dengan bentuk ideal, dimana segala sesuatu yang kita alami hanyalah bayangan dari esensi sejatinya. Visi transendental ini tidak hanya mempengaruhi filsafat, tetapi juga perkembangan ilmu pengetahuan, politik, dan seni.
Pengaruhnya jauh melampaui masa hidupnya, yang berakhir pada tahun 348/347 SM. Melalui warisannya, Plato menantang kita untuk bertanya, mengeksplorasi, dan memimpikan dunia yang penuh kemungkinan. Dalam ajarannya, kita menemukan intisari pemikiran filosofis: pencarian kebenaran yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H