Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Narasi Erupsi Gunung Krakatau di Indonesia

26 September 2024   11:57 Diperbarui: 26 September 2024   12:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gunung Krakatau, Sumber: Pixabay/sei-79045)

Tahukah Anda bahwa gunung Krakatau di Indonesia menyebabkan salah satu erupsi yang paling merusak dalam sejarah?

Gunung berapi Krakatau, yang terletak di antara pulau Jawa dan Sumatra di Indonesia, terkenal sebagai salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah manusia. Pada tanggal 26 Agustus 1883, Krakatau meletus dengan kekuatan yang sangat besar, menghasilkan ledakan yang sangat keras hingga terdengar lebih dari 4.800 kilometer jauhnya, bahkan di Australia. 

Peristiwa bencana ini tidak hanya menghancurkan sebagian besar pulau, tetapi juga menyebabkan tsunami dengan gelombang setinggi lebih dari 30 meter, menghancurkan seluruh komunitas dan menewaskan lebih dari 36.000 orang.

Yang paling mengejutkan, dampak letusan gunung krakatau tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Awan abu vulkanik yang terlempar ke atmosfer menyebar ke seluruh dunia, menutupi langit dengan lapisan padat yang menutupi matahari selama berbulan-bulan. 

Dampak iklim dari fenomena ini sangat buruk: suhu global turun, dan matahari terbenam berubah warna menjadi kemerahan dan ungu, sehingga menciptakan lanskap apokaliptik. Perubahan iklim ini dicatat oleh banyak seniman dan penulis pada masa itu, yang menggambarkan suasananya menakutkan dan seperti dunia lain.

Misteri seputar Krakatau tidak hanya terkait kehancuran yang ditimbulkannya, tapi juga bagaimana alam bangkit dari abu. Pada tahun 1927, lebih dari 40 tahun setelah letusan, sebuah pulau baru mulai muncul bernama Anak Krakatau, yang berarti “Anak Krakatau”. 

Gunung berapi baru ini terus berkembang dan telah menunjukkan aktivitas vulkanik beberapa kali sejak saat itu, mengingatkan semua orang bahwa kekuatan Krakatau masih terpendam. Anak Krakatau telah dipelajari oleh ahli vulkanologi di seluruh dunia, yang mencoba untuk lebih memahami siklus kehancuran dan penciptaan yang diwakili oleh gunung berapi.

Selain itu, legenda lokal juga menyuburkan aura misteri yang menyelimuti gunung berapi tersebut. Penduduk pulau-pulau terdekat percaya bahwa Krakatau dihuni oleh roh-roh kuat dan letusannya merupakan hukuman ilahi. 

Menurut beberapa cerita, dewa laut dan dewa daratan bentrok dalam pertempuran epik yang memicu amukan gunung berapi. Meskipun legenda-legenda ini merupakan dongeng kuno, banyak orang di kawasan ini yang masih sangat menghormati Krakatau dan percaya bahwa kemarahannya tidak boleh terprovokasi.

Saat ini, Krakatau dan “anaknya” tetap menjadi tempat yang menarik bagi para ilmuwan dan petualang. Terlepas dari kehancuran yang ditimbulkannya di masa lalu, tempat ini dikunjungi oleh wisatawan yang ingin lebih dekat dengan salah satu gunung berapi yang paling ditakuti dan dihormati di planet ini. 

Bagi mereka yang berani menjelajahi lingkungan sekitarnya, penting untuk memperhatikan peringatan pihak berwenang, karena Krakatau tidak dapat diprediksi dan tetap merupakan kekuatan alam yang aktif.

Kisah Krakatau adalah pengingat akan kekuatan alam yang luar biasa dan bagaimana peristiwa vulkanik dapat mengubah jalannya sejarah dalam hitungan jam. Mulai dari ledakan yang terdengar di seluruh dunia hingga dampaknya yang mengubah iklim global, Krakatau tetap menjadi simbol kapasitas destruktif dan regeneratif Bumi. Lain kali Anda menyaksikan matahari terbenam berwarna merah cerah, ingatlah bahwa Anda mungkin melihat gema kemarahan Krakatau di kejauhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun