Sami dari Skandinavia: Tahukah Anda bahwa masyarakat adat ini telah menyempurnakan seni menggembala rusa kutub di daerah paling dingin di utara?
Di Skandinavia bagian utara, wilayah yang bermandikan cahaya matahari tengah malam di musim panas dan selimut cahaya utara di musim dingin, hiduplah masyarakat dengan warisan budaya yang sekaya bentang alam luas dan dingin yang mengelilinginya. Suku Sami, yang secara tradisional dikenal sebagai Lapps, adalah penduduk asli wilayah ini, tersebar di Norwegia utara, Swedia, Finlandia, dan Semenanjung Kola di Rusia.
Komunitas adat ini, yang telah ada sejak zaman prasejarah, memiliki perekonomian dan budaya yang sangat terkait dengan penggembalaan rusa, sebuah praktik yang tidak hanya penting untuk penghidupan mereka tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas budaya mereka. Peternakan rusa kutub lebih dari sekedar bentuk pertanian; Ini adalah hubungan mendalam dengan tanah dan alam, yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Aspek menarik lainnya dari budaya Sami adalah musik mereka, khususnya joik. Joik adalah salah satu gaya menyanyi tertua di Eropa dan dicirikan sebagai bentuk ekspresi pribadi dan mendalam. Berbeda dengan musik yang berupaya menceritakan sebuah kisah, joik berupaya membangkitkan seseorang, tempat, atau perasaan melalui melodi yang berulang-ulang dan seringkali menghipnotis. Setiap joik bersifat unik bagi individu atau benda yang dideskripsikan, bertindak sebagai sarana ampuh untuk melestarikan sejarah dan identitas Sami.
Selain tradisi musik mereka yang kaya dan hubungan intim mereka dengan peternakan rusa kutub, suku Sami memiliki ikatan yang kuat dengan lingkungan alamnya, yang tercermin dalam bahasa dan mitologi mereka. Selama berabad-abad, mereka telah mengembangkan praktik berkelanjutan yang memungkinkan mereka hidup selaras dengan salah satu iklim paling ekstrem di planet ini. Praktik-praktik ini merupakan bukti ketahanan dan pemahaman mendalam mereka terhadap ekologi lokal.
Namun, meski memiliki warisan budaya yang kaya, suku Sami menghadapi banyak tantangan selama bertahun-tahun, termasuk asimilasi paksa dan hilangnya tanah. Saat ini, meskipun mereka diakui sebagai masyarakat adat dan memiliki hak-hak tertentu yang dilindungi oleh hukum negara-negara Nordik, mereka terus memperjuangkan pelestarian budaya dan otonomi atas tanah adat mereka.
Di dunia yang berubah dengan cepat, masyarakat Sami mewakili perpaduan tradisi dan adaptasi yang menarik, membuktikan bahwa menjaga adat istiadat kuno tetap hidup sambil menghadapi tantangan masa kini adalah hal yang mungkin dilakukan. Kisah mereka bukan hanya kisah bertahan hidup dan perlawanan, namun juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya keberagaman budaya dan penghargaan terhadap cara hidup yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H