Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Narasi di Balik Runtuhnya Kerajaan Roma

23 September 2024   13:45 Diperbarui: 23 September 2024   14:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi pada hari jatuhnya Roma? Siapa yang Membuka Gerbang San Estefano? Misteri Dibalik Runtuhnya Sebuah Kerajaan.

Jatuhnya kota kekaisaran Roma, sebuah peristiwa penting dalam sejarah Barat, adalah kisah intrik, pengkhianatan, dan akhir dari sebuah era. Pada tahun 410 M, Roma yang perkasa, yang pernah menjadi pusat Kekaisaran Romawi yang luas, menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suku barbar yang dipimpin oleh Alaric, raja Visigoth, mengepung kota.

Di dalam tembok Roma, kepanikan dan keputusasaan semakin meningkat. Kota, yang pernah memerintah sebuah kerajaan besar, melemah dan terpecah. Dalam iklim ketakutan inilah tokoh kunci muncul dalam narasi kita: seorang wanita Romawi, yang namanya telah hilang dalam halaman sejarah, namun tindakannya akan mengubah jalannya peristiwa.

Menurut catatan kontemporer, wanita ini, tergerak oleh alasan-alasan yang masih diperdebatkan oleh para sejarawan - beberapa menyarankan pengkhianatan, yang lain karena putus asa atau bahkan simpati terhadap penjajah - membuat keputusan yang akan menentukan nasib Roma. Pada suatu malam yang gelap, dia pergi ke Puerta de San Estefano, salah satu yang paling tidak dijaga di kota. Dengan hati-hati, dia membuka pintu kayu besarnya, sebuah tindakan yang tercatat dalam sejarah sebagai pengkhianatan terbesar.

Visigoth yang menunggu kesempatan, tak butuh waktu lama untuk memanfaatkan pembukaan tersebut. Mereka bergegas melewati gerbang yang terbuka, menyerbu jalan-jalan Roma dengan keganasan yang hanya bisa dipicu oleh kebencian dan perang selama bertahun-tahun. Kota ini, yang terkenal dengan eksploitasi militer dan arsitekturnya yang mengesankan, tidak siap menghadapi serangan dari dalam. Orang-orang barbar menjarah, membakar, dan menghancurkan, menandai berakhirnya sebuah era.

Jatuhnya Roma bukan hanya akibat dari tindakan pengkhianatan ini. Itu adalah akhir dari kemerosotan politik, ekonomi dan militer selama bertahun-tahun. Namun, pembukaan Gerbang St. Stephen melambangkan momen ketika jantung Kekaisaran Romawi berhenti berdetak, membuka jalan bagi apa yang oleh banyak sejarawan disebut sebagai Abad Kegelapan Eropa.

Peristiwa ini merupakan pengingat bagaimana tindakan seseorang dapat mempunyai dampak yang sangat besar, mengubah jalannya sejarah. Wanita yang membukakan pintu, apapun alasannya, adalah sebuah teka-teki, sosok yang mewakili pengkhianatan sekaligus perubahan yang tak terelakkan. Kisah mereka mencerminkan masa ketika dunia berubah selamanya, sebuah pengingat bahwa kerajaan paling kuat pun bisa runtuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun