Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilematis antara Diam dan Berbagi Cerita

24 Agustus 2024   12:56 Diperbarui: 24 Agustus 2024   13:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar Orang tutup Mulut, sumber:Pngtree)

Setiap orang mempunyai kisahnya sendiri untuk diceritakan, namun ada yang benar-benar menceritakannya, sementara yang lain merahasiakannya. Setiap orang yang Anda temui memiliki kisahnya permadani unik yang dijalin dengan pengalaman, impian, sakit hati, dan kemenangan. 

Kisah-kisah ini, terkadang tersembunyi di balik senyuman atau tatapan diam, membentuk siapa kita dan cara kita memandang dunia. Namun, meskipun setiap orang mempunyai narasi dalam diri mereka, tidak semua orang memilih untuk membagikannya. Keputusan untuk menceritakan atau merahasiakan kisah seseorang sangatlah bersifat pribadi, dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari norma budaya hingga temperamen individu. 

Kekuatan Berbagi

Bagi mereka yang memilih untuk menceritakan kisahnya, tindakan berbagi bisa sangat membebaskan. Ini adalah kesempatan untuk terhubung dengan orang lain, untuk menemukan pemahaman, dan untuk didengarkan. Di dunia yang sering kali terasa terisolasi, menceritakan kisah seseorang dapat menciptakan ikatan empati dan saling menghormati. 

Ketika seseorang terbuka, mereka sering kali mendapati bahwa pengalaman mereka selaras dengan orang lain, mengungkapkan kesamaan yang melampaui perbedaan. Bercerita juga merupakan cara mengolah dan memahami pengalaman kita. 

Dengan menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam kata-kata, kita sering kali memperoleh kejelasan dan wawasan tentang kehidupan kita sendiri. Proses menceritakan pengalaman sulit, misalnya, dapat menjadi terapi, membantu menyembuhkan luka lama dan memberikan penutupan. 

Tokoh masyarakat, penulis, dan individu sehari-hari yang memilih untuk berbagi cerita seringkali menjadi mercusuar harapan bagi orang lain yang menghadapi tantangan serupa. Keberanian mereka untuk bersuara dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, sehingga menciptakan dampak kebijaksanaan dan solidaritas bersama. 

(Gambar Orang tutup Mulut, sumber:Pngtree)
(Gambar Orang tutup Mulut, sumber:Pngtree)

Keputusan untuk Tetap Diam

Disisi lain, beberapa orang lebih memilih merahasiakan ceritanya. Pilihan ini tidak selalu berarti rasa malu atau takut; hal ini dapat berasal dari rasa privasi yang mendalam, ekspektasi budaya atau masyarakat, atau keyakinan bahwa cerita mereka terlalu pribadi untuk dibagikan. Bagi sebagian orang, tindakan berbagi terasa seperti mengungkap jati diri mereka yang terdalam, sebuah kerentanan yang tidak siap atau tidak ingin mereka hadapi. Ada juga kekuatan dalam keheningan. 

Memilih untuk tidak berbagi bisa menjadi tindakan mempertahankan diri, sebuah cara untuk mempertahankan kendali atas narasi kehidupan seseorang. Bagi sebagian orang, kisah mereka adalah bagian sakral dari diri mereka, sesuatu yang harus dilindungi dan dihargai daripada dipamerkan kepada dunia. Oleh karena itu, merahasiakan sebuah cerita bukanlah tentang menyembunyikannya, melainkan menghormati batas-batas dan ruang pribadi seseorang.

Dampak Budaya dan Masyarakat

Pengaruh budaya dan masyarakat memainkan peran penting dalam menentukan pilihan seseorang untuk menceritakan atau merahasiakan kisahnya. Di beberapa budaya, bercerita adalah tradisi yang dijunjung tinggi, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai cara melestarikan sejarah dan mengajarkan pelajaran berharga. Dalam masyarakat seperti ini, berbagi cerita dipandang sebagai sebuah kewajiban, sebuah cara untuk berkontribusi pada memori kolektif dan identitas komunitas. 

Sebaliknya, budaya lain mungkin sangat menghargai privasi dan kebijaksanaan. Dalam masyarakat seperti ini, mungkin ada penekanan yang kuat untuk menjaga urusan pribadi tetap berada di dalam keluarga atau teman dekat. Gagasan untuk "menyiarkan cucian kotor" tidak disukai, dan individu mungkin merasakan tekanan untuk mempertahankan sikap tabah, terlepas dari apa yang mereka alami secara internal. 

(Gambar Orang tutup Mulut, sumber:Pngtree)
(Gambar Orang tutup Mulut, sumber:Pngtree)

Pilihan yang Kita Buat 

Pada akhirnya, apakah akan membagikan atau merahasiakan cerita kita adalah pilihan kita masing-masing. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang ada hanyalah jawaban yang terasa autentik dan benar bagi individu. Beberapa orang mungkin menemukan kekuatan dan tujuan dalam membagikan pengalaman mereka, sementara yang lain mungkin menemukan kedamaian dengan menyimpannya di hati. 

Yang penting kita menghormati pilihan masing-masing. Mereka yang berbagi berhak mendapatkan empati dan pengertian kita, sedangkan mereka yang memilih diam berhak mendapatkan rasa hormat kita atas privasinya. Di dunia di mana kita sering terburu-buru mengambil keputusan, meluangkan waktu untuk mendengarkan atau memahami keheningan dapat menjadi salah satu hadiah terbesar yang kita berikan kepada satu sama lain. 

Pada akhirnya, baik kita menceritakan kisah kita atau merahasiakannya, narasinya terus terungkap, membentuk kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita dengan cara yang terlihat dan tidak terlihat. Kisah-kisah kita, diceritakan atau tidak, adalah benang merah yang menyatukan jalinan pengalaman kemanusiaan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun