Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Orang Ingin Berinteraksi dengan Orang Nyata

20 Agustus 2024   13:00 Diperbarui: 20 Agustus 2024   13:01 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar orang dipasar, sumber:Pixabay)

Mengapa orang Ingin berinteraksi dengan orang nyata bukan Merek?

Di dunia digital yang serba cepat saat ini, di mana merek ada di mana-mana dan iklan ada di mana-mana, konsumen semakin mendambakan sesuatu yang lebih otentik. Mereka ingin berinteraksi dengan orang sungguhan, bukan merek yang tidak berwajah. 

Keinginan akan hubungan antarmanusia ini mendorong perubahan mendasar dalam cara bisnis harus melakukan pendekatan dalam berinteraksi dengan pelanggan. Pentingnya keaslian, kepercayaan, dan hubungan pribadi tidak dapat dilebih-lebihkan. 

Bangkitnya Skeptisisme Merek

Konsumen modern kini lebih berpengetahuan dan cerdas dibandingkan sebelumnya. Dengan banyaknya informasi yang tersedia di ujung jari mereka, orang dapat dengan cepat meneliti sejarah merek, nilai-nilainya, dan praktiknya. 

Akibatnya, semakin banyak skeptisisme terhadap merek yang terkesan tidak tulus atau terlalu korporat. Konsumen mewaspadai merek yang berusaha terlalu keras untuk terlihat relevan atau autentik, terutama ketika tindakan mereka menunjukkan cerita yang berbeda.

Skeptisisme ini diperparah oleh fakta bahwa banyak merek terjebak dalam skandal yang melibatkan ketidakjujuran atau perilaku tidak etis. Ketika sebuah merek dihadapkan pada masalah seperti ini, akan sulit, bahkan tidak mungkin, untuk mendapatkan kembali kepercayaan pelanggannya. Masyarakat menjadi lebih berhati-hati, dan mereka lebih memilih untuk berinteraksi dengan individu yang mereka yakini lebih jujur dan transparan. 

Kekuatan Keaslian

Di dunia di mana konsumen dibombardir dengan pesan-pesan pemasaran, keaslian menjadi hal yang menonjol. Keaslian bukanlah sesuatu yang bisa dibuat-buat; itu adalah kualitas yang harus melekat dalam setiap interaksi, baik online maupun tatap muka. Ketika orang berinteraksi dengan individu sungguhan, mereka dapat merasakan bahwa mereka diperlakukan dengan tulus. Hal ini menciptakan hubungan yang jauh lebih bermakna dan bertahan lama daripada yang dapat dicapai oleh pesan merek mana pun. 

Orang-orang nyata menghadirkan tingkat keaslian yang sulit ditiru oleh merek. Baik itu perwakilan layanan pelanggan, manajer media sosial, atau CEO, sentuhan manusia menambah nilai interaksi. Ketika pelanggan merasa bahwa mereka sedang berbicara dengan orang sungguhan yang memahami kekhawatiran mereka dan benar-benar tertarik untuk membantu mereka, hal ini akan menciptakan kepercayaan. Kepercayaan ini menghasilkan loyalitas, yang sangat berharga bagi bisnis apa pun.

(Gambar orang dipasar, sumber:Pixabay)
(Gambar orang dipasar, sumber:Pixabay)

Peran Media Sosial 

Media sosial telah memperkuat permintaan akan interaksi manusia. Platform seperti Twitter, Instagram, dan LinkedIn telah menjadi ruang di mana merek diharapkan menjadi lebih dari sekadar perusahaan; mereka harus menarik, responsif, dan dapat diterima. Namun, orang-orang di balik akun-akun inilah yang memberikan dampak nyata. Ketika pelanggan melihat suatu merek terlibat dengan cara yang nyata dan manusiawi baik menanggapi keluhan dengan empati atau merayakan kesuksesan pelanggan hal ini membuat merek tersebut merasa lebih mudah didekati dan dapat dipercaya. 

Pemasaran influencer adalah aspek lain di mana kekuatan orang-orang nyata terlihat jelas. Konsumen lebih cenderung mempercayai rekomendasi dari individu yang mereka anggap asli, meskipun mereka adalah influencer berbayar, karena influencer ini tampil sebagai orang-orang nyata dengan opini nyata. Keberhasilan jenis pemasaran ini merupakan bukti fakta bahwa orang lebih suka berinteraksi dengan orang lain, bukan hanya dengan entitas tak berwajah. 

Memanusiakan Merek

Tantangan bagi merek adalah memanusiakan diri mereka sendiri dengan cara yang dapat diterima oleh konsumen. Ini tidak berarti berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri mereka, melainkan menunjukkan orang-orang sebenarnya di balik merek tersebut. Berbagi cerita tentang karyawan, menampilkan konten di balik layar, dan menyoroti nilai-nilai yang mendorong perusahaan adalah cara untuk membuat merek terasa lebih manusiawi. 

Layanan pelanggan adalah area penting lainnya dimana interaksi manusia dapat membuat perbedaan yang signifikan. Sistem otomatis dan chatbot bisa jadi efisien, tetapi mereka kurang memiliki empati dan pemahaman yang bisa diberikan oleh orang sungguhan. Perusahaan yang memprioritaskan layanan pelanggan yang berpusat pada manusia sering kali mendapati bahwa pelanggannya lebih puas dan loyal. 

Masa Depan Interaksi Merek

Seiring dengan berkembangnya teknologi, pentingnya interaksi manusia akan semakin meningkat. Meskipun AI dan otomatisasi akan berperan dalam operasional bisnis, keduanya tidak dapat menggantikan nilai hubungan antarmanusia yang sesungguhnya. Konsumen akan terus mencari merek yang memprioritaskan interaksi manusia yang tulus dibandingkan respons yang bersifat impersonal dan otomatis. 

Kesimpulan

Orang ingin berinteraksi dengan orang sungguhan karena hal itu menumbuhkan kepercayaan, keaslian, dan koneksi. Merek yang memahami hal ini dan menyesuaikan strategi mereka akan memiliki posisi yang lebih baik untuk berhasil dalam pasar yang semakin skeptis dan cerdas. Di dunia yang serba digital, sentuhan manusia tetap tidak tergantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun