Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjelajahi Keajaiban Alam Air Terjun Darah di Antartika

18 Agustus 2024   07:38 Diperbarui: 18 Agustus 2024   07:41 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda ada Air Terjun Darah di Antartika?

Di gurun beku Antartika, tempat yang tidak ramah dan misterius, terdapat salah satu fenomena alam paling menarik dan mengejutkan di planet ini: Air Terjun Darah. Membangkitkan gambaran teror dan kekaguman, nama ini mengacu pada gletser yang mengeluarkan semburan air berwarna merah seperti darah, menciptakan tontonan yang menantang pemahaman dan memicu rasa ingin tahu. 

Sejarah Blood Falls dimulai pada tahun 1911, ketika ahli geologi Australia Griffith Taylor menemukan fenomena aneh ini di Gletser Taylor. Awalnya, warna merah diperkirakan disebabkan oleh adanya alga merah, namun penelitian selanjutnya mengungkap kebenaran yang lebih menarik. Sumber warna merah tua ini adalah oksida besi yang terdapat dalam air asin, yang muncul dari danau subglasial kuno yang terperangkap di bawah gletser selama jutaan tahun. 

Danau subglasial ini, terisolasi dari dunia luar, berisi kehidupan mikroba yang tetap utuh selama ribuan tahun, hidup dalam kegelapan total dan tanpa oksigen. Mikroba ini telah mengembangkan kemampuan untuk metabolisme besi dan belerang untuk bertahan hidup, melepaskan oksida besi dalam prosesnya, yang memberi warna merah pada air. 

Penemuan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang kehidupan dalam kondisi ekstrim, tetapi juga memberikan petunjuk tentang bagaimana organisme dapat bertahan hidup di planet lain dengan lingkungan yang tidak bersahabat. Misteri yang menyelimuti Bloodfallen tidak berhenti pada asal usulnya. 

Tekanan dan sifat kimia air subglasial memungkinkannya tetap cair bahkan pada suhu di bawah nol, sehingga bertentangan dengan hukum fisika konvensional. Selain itu, studi tentang mikroba ini dapat memiliki implikasi signifikan terhadap pencarian kehidupan di Mars dan bulan-bulan es lainnya di tata surya, yang diperkirakan memiliki kondisi serupa.

Mengunjungi Air Terjun Darah bukanlah tugas yang mudah. Terletak di salah satu kawasan paling terpencil dan terdingin di planet ini, hanya sedikit ilmuwan dan penjelajah yang berkesempatan menyaksikan fenomena ini dari dekat. Namun, studinya sangat penting untuk lebih memahami proses biologis dan geologis yang terjadi di lingkungan ekstrim, sehingga memberikan informasi berharga untuk sains dan eksplorasi ruang angkasa. 

Sudut Antartika ini, dengan air terjunnya yang berwarna merah, tetap menjadi teka-teki menarik yang menarik para peneliti dari seluruh dunia. Kombinasi sejarahnya, biologinya yang unik, dan potensinya untuk mengungkap rahasia kehidupan di luar bumi menjadikannya salah satu fenomena alam paling mengesankan dan misterius di planet kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun