Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Bioilusi Pesan Terakhir dari Lorong Masa Lalu

17 Agustus 2024   22:56 Diperbarui: 17 Agustus 2024   23:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(llustrasi wanita sedang melamun, sumber: Pixabay)

Dia mematikan telepon, melemparkannya ke seberang ruangan. Ia menghela nafas berat, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja didengarnya tidaklah nyata, bahwa itu semua hanyalah mimpi atau halusinasi akibat kelelahan dan kesepian.

Namun suara itu masih ada di kepalanya, mengulang-ulang namanya, membisikkan janji-janji kenangan yang coba ia lupakan. Almira bangkit dan menghampiri telepon, berharap telepon itu rusak, sehingga dia tidak bisa menghidupkannya kembali. Namun sebelum dia bisa mencapainya, perangkat itu bergetar lagi. 

File audio lainnya, kali ini dia tidak menunggu. Dia memainkannya tanpa berpikir. Suasana statis menyelimutinya lagi, tapi sekarang suaranya lebih jelas, dan lebih jelas lagi. Dia mendengar suaranya, tapi kali ini dia tidak sendirian. 

Ada suara lain, yang langsung dikenalnya suara ibunya. Suara yang hilang saat dia masih remaja. Mendengarkannya seperti membuka luka lama yang tak kunjung sembuh sepenuhnya. "Almira... Almira, sayang..." Suaranya begitu lembut, begitu lembut, seolah waktu belum berlalu. Air mata mulai berjatuhan dari mata Almira tak kuasa menahan emosinya. 

Dia mencoba berbicara, merespons, tetapi dia tahu bahwa tidak ada orang di seberang sana, bahwa semuanya hanyalah ilusi. "Kamu ada di mana?" lanjut suara ibunya yang kini pecah, pecah karena kesakitan. "Kami telah mencarimu, kami semua... kami di sini, Almira , dalam kegelapan, menunggu..." Suara itu memudar menjadi erangan pelan, lalu suara statis kembali terdengar, lebih keras dari sebelumnya, hampir memekakkan telinga. 

Almira menjatuhkan telepon itu, membiarkannya jatuh ke lantai, dan telepon itu terus mengeluarkan suara mendengung, seolah-olah telepon itu hidup, seolah-olah telepon itu memanggilnya. Dan kemudian, dia mengerti bahwa file audio itu bukan sekadar pesan. Itu adalah sebuah pintu, celah antara dunianya dan dunia lain, tempat di mana suara orang mati, suara orang yang terlupakan, tetap terperangkap, menunggu untuk diingat. 

Almira menyadari bahwa dia telah menghabiskan hidupnya menghindari kenangan, menguburnya jauh di dalam pikirannya. Namun kini, kenangan itu telah menemukan cara untuk kembali, untuk merebut dirinya. Senandungnya semakin keras, dan suara ibunya kembali terdengar, bercampur dengan suara orang lain, baik yang dikenal maupun tidak, semuanya memanggil namanya. Dia tahu bahwa jika dia merespons, jika dia membiarkan suara-suara itu menelannya, tidak ada jalan untuk kembali. Namun godaan untuk mendengarkan ibunya lagi, untuk bersatu kembali dengan orang-orang yang telah hilang darinya, terlalu kuat. 

Akhirnya, Almira mengangkat telepon dari lantai, menempelkannya ke telinganya, dan dengan air mata mengalir di wajahnya berbisik, "Aku di sini." Listrik statis berhenti tiba-tiba, dan keheningan menyelimuti ruangan. Keheningan yang begitu dalam hingga seolah menyerap udara. 

Dalam kegelapan, Almira memejamkan mata, membiarkan pesan terakhir menyelimuti dirinya sepenuhnya, membawanya ke tempat di mana suara-suara itu menunggunya, di mana waktu tidak ada artinya dan kenangan hidup selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun