Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Narasi Kemunduran Bangsa Maya

6 Agustus 2024   21:23 Diperbarui: 6 Agustus 2024   21:25 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Peradaban Maya, sumber: iStock)

(Peradaban Maya, sumber: iStock)
(Peradaban Maya, sumber: iStock)

Kejatuhan bangsa Maya masih menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah. Meskipun ada kemajuan dalam bidang arkeologi dan ilmu pengetahuan, tidak ada jawaban pasti yang dapat menjelaskan keruntuhannya secara penuh. Yang jelas adalah kombinasi faktor lingkungan, sosial, politik dan ekonomi menciptakan skenario yang tidak berkelanjutan bagi kelangsungan peradaban mereka.

Warisan bangsa Maya bertahan dalam reruntuhannya yang mengesankan, pada keturunannya yang masih menghuni wilayah tersebut, dan dalam pencapaian ilmu pengetahuan dan budaya yang mereka wariskan kepada kita. Kejatuhan bangsa Maya mengingatkan kita akan rapuhnya peradaban dan pentingnya keberlanjutan serta kemampuan beradaptasi dalam perjalanan panjang umat manusia.

Fakta menarik tentang suku Maya adalah pengetahuan astronomi mereka yang canggih. Bangsa Maya mengembangkan kalender yang sangat tepat yang mencakup 365 hari, mirip dengan kalender Gregorian yang kita gunakan saat ini. Mereka juga memiliki kalender ritual 260 hari dan kalender penghitungan panjang yang dapat mencatat peristiwa selama ribuan tahun. Kemampuan mereka untuk memprediksi peristiwa astronomi seperti gerhana dan titik balik matahari menunjukkan pemahaman mendalam tentang pergerakan benda langit, suatu prestasi yang mengesankan bagi peradaban kuno.

Selain faktor-faktor di atas, jatuhnya bangsa Maya juga terkait dengan ilmu astronomi mereka yang kompleks dan maju. Suku Maya ahli dalam mengamati dan mencatat pergerakan benda langit, dan kalender mereka sangat terkait dengan praktik pertanian dan ritual keagamaan mereka. Namun, ketika bencana alam mulai mengganggu stabilitas lingkungan, prediksi astronomi tidak lagi sejalan dengan kenyataan yang dapat diamati, sehingga mengikis kepercayaan terhadap para pemimpin agama dan astronomi, yang dipandang sebagai perantara antara para dewa dan manusia. Hilangnya kepercayaan ini semakin berkontribusi pada disintegrasi struktur sosial dan politik mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun