Venesia, kota kanal, terkenal dengan arsitektur romantis dan gondola yang meluncur di perairan, telah menyaksikan banyak peristiwa selama berabad-abad. Namun, hanya sedikit orang yang dapat mengantisipasi apa yang terjadi pada bulan Februari 2018: Venesia, yang terkenal dengan kedekatannya dengan air, mengalami kekeringan.
Fenomena yang meresahkan ini menyebabkan kota tersebut kehilangan air di kanal-kanalnya, menyebabkan tanah berlumpur dan menyebabkan perahu-perahu terdampar. Gambaran kanal tanpa air, lanskap yang nyata dan hampir apokaliptik, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, menimbulkan keheranan dan intrik.
Namun apa yang menyebabkan peristiwa luar biasa ini? Jawabannya terletak pada kombinasi faktor cuaca yang tidak biasa. Selama beberapa hari, Venesia mengalami air surut yang sangat deras, yang dikenal secara lokal sebagai "acqua bassa". Fenomena ini biasa terjadi di kota ini, namun besarnya air surut ini belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern.
Pada tanggal 26 Februari 2018, angin kencang dari arah timur laut, yang dikenal sebagai Bora, bertiup di wilayah Adriatik. Angin ini mendorong air laut keluar dari laguna Venesia, sehingga memperparah air surut. Pada saat yang sama, tekanan atmosfer yang tinggi terjadi di seluruh Eropa, yang berkontribusi terhadap rendahnya permukaan air.
Akibatnya kanal-kanal Venesia, yang biasanya terisi air, mengering hampir seluruhnya, memperlihatkan pemandangan yang tidak biasa: lumpur, sampah, dan benda-benda yang tersembunyi di bawah air selama beberapa dekade, bahkan berabad-abad. Penduduk dan wisatawan dibuat bingung dengan visi unik ini, yang mengubah persepsi umum tentang kota tersebut.
Peristiwa ini merupakan pengingat yang kuat akan kerentanan Venesia terhadap kekuatan alam. Kota ini, yang telah berjuang selama berabad-abad melawan air pasang dan banjir, kali ini menghadapi masalah sebaliknya. Perahu, termasuk gondola terkenal, dinonaktifkan, dan banyak wisatawan terpaksa mengubah rencana mereka untuk berkeliling kota melalui air.
Secara teknis, kurangnya air di kanal juga menimbulkan tantangan. Infrastruktur Venesia, yang dirancang untuk beroperasi dengan kehadiran air yang konstan, terkena dampaknya. Stabilitas bangunan, yang sebagian bergantung pada air untuk menjaga kelembaban konstan pada pondasi kayu, menjadi perhatian.
Hari ketika Venesia mengering bukan hanya merupakan peristiwa meteorologi yang luar biasa, tetapi juga merupakan pengingat akan hubungan kompleks antara kota dan lingkungan perairannya. Meskipun air kembali mengalir ke kanal segera setelahnya, gambaran Venesia yang kering tetap menjadi bukti visual tentang apa yang terjadi ketika alam berkuasa dengan cara yang tidak terduga.
Peristiwa ini meninggalkan kenangan kolektif Venesia dan pengunjungnya, menggarisbawahi perlunya terus beradaptasi dan melindungi kota unik ini dari perubahan iklim dan lingkungan. Kisah saat Venesia mengering akan tetap menjadi episode menarik dalam sejarah kota ini, selalu mengingatkan kita akan kerapuhan dan ketahanan permata terapung ini.
Pada peristiwa ini, permukaan air di kanal-kanal Venesia turun hingga 60 sentimeter di bawah permukaan biasanya. Fenomena air surut ekstrem seperti ini, meski jarang terjadi, pernah terjadi sebelumnya, namun intensitas dan durasi kejadian tahun 2018 ini luar biasa sehingga sangat berkesan bagi warga dan pengunjung kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H