Berapa banyak yang anda ketahui tentang Ricardo lll? Richard III dari Inggris, sebuah nama yang menggema sepanjang koridor waktu, ditandai dengan campuran kekaguman, kontroversi dan misteri. Pemerintahannya, meskipun singkat, merupakan masa yang penuh gejolak, sebuah era yang ditandai dengan pertikaian dan ambisi yang memecah belah suatu bangsa. Richard, lahir di House of York yang berkuasa, adalah seorang pria bertubuh tegap, tatapannya dalam dan tajam, dan wajahnya mencerminkan kelicikan dan tekad.
Kisahnya benar-benar dimulai dengan Perang Mawar, sebuah konflik memilukan yang mengadu keluarga York dan Lancaster dalam pertarungan sengit memperebutkan takhta Inggris. Ricardo, sejak masa mudanya, terlibat dalam pusaran kekuasaan dan politik ini. Seiring bertambahnya usia, keterampilan medan perang dan kecerdasan politiknya yang tajam semakin terlihat. Dia terlahir sebagai ahli strategi, pemimpin yang mengilhami kesetiaan dan ketakutan.
Kematian saudaranya, Edward IV, menandai titik balik dalam hidupnya. Takhta itu kosong, dan mata Richard tertuju padanya dengan campuran hasrat dan tekad. Hak asuh keponakannya, para pangeran di Menara, menjadi episode kelam dan misterius dalam kebangkitannya ke tampuk kekuasaan. Desas-desus dan bayang-bayang kecurigaan menyelimuti dirinya ketika para pangeran muda itu menghilang tanpa jejak. Apakah Ricardo adalah arsitek hilangnya dia? Atau apakah dia hanya seorang pria yang terjebak dalam intrik masa yang penuh gejolak?
Sebagai raja, Richard III adalah seorang reformis, seorang raja yang berupaya membawa stabilitas pada kerajaan yang terpecah. Namun, ketidakpercayaan dan kebencian lawan-lawan politiknya tidak pernah hilang. Pemerintahannya ditandai oleh konspirasi dan pemberontakan, masing-masing merupakan benang merah dalam jalinan intrik yang menyelimuti mahkotanya.
Medan perang Bosworth, pada tahun 1485, adalah adegan terakhir kehidupan Richard. Dalam perjuangan yang sengit dan putus asa, raja terakhir House of York jatuh, mengakhiri Perang Mawar dan menandai dimulainya era Tudor. Kematiannya merupakan titik balik suatu era dan awal era lainnya.
Sosok Richard III telah menjadi bahan perdebatan dan spekulasi selama berabad-abad. Apakah dia seorang tiran yang kejam, perampas kekuasaan yang tidak bermoral? Atau apakah dia sekadar pemimpin yang disalahpahami, produk zamannya, terjebak dalam permainan takhta di mana peraturan terus berubah? Kebenaran yang terselubung dalam kabut waktu masih sulit dipahami.
Penemuan kembali jenazahnya di tempat parkir mobil Leicester pada tahun 2012 menambah babak baru dalam kisahnya, menawarkan wawasan baru tentang kehidupan dan masa-masanya. Penemuan ini, lebih dari lima abad setelah kematiannya, menghidupkan kembali minat dan perdebatan mengenai warisannya. Richard III, seorang raja yang hidupnya ditandai dengan perang, ambisi dan misteri, terus mempesona dan membuat penasaran mereka yang ingin memahami nuansa kompleks sejarah manusia.
Analisis terhadap jenazah Richard III mengungkapkan bahwa ia menderita skoliosis parah, suatu kondisi yang mempengaruhi tulang belakang. Kondisi ini mungkin mempengaruhi tinggi dan postur tubuhnya, namun tidak melumpuhkannya di medan perang. Penggambaran Richard III dalam drama Shakespeare berjudul sama menunjukkan dia sebagai penjahat yang cacat dan Machiavellian. Penggambaran ini sangat mempengaruhi persepsi publik terhadap Richard selama berabad-abad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H