Di planet Bumi yang luas, orang dahulu selalu berbicara tentang jalur tak kasat mata, yang membentang di seluruh dunia, yang menghubungkan tempat-tempat suci dan menganugerahi titik-titik tertentu dengan energi khusus. "Garis ley" ini, juga dikenal sebagai garis ley atau garis energi, telah mempesona para penjelajah, ilmuwan, dan mistikus selama berabad-abad. Teori tersebut menyatakan bahwa garis-garis ini membentuk jaringan geomagnetik yang dapat mempengaruhi energi bumi dan, oleh karena itu, energi yang dapat diambil manusia darinya.
Sejarah modern mulai bertanya-tanya tentang garis ley pada tahun 2023, ketika tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Dr. Elena Ros, seorang ahli fisika teoretis terkenal, memutuskan untuk mengeksplorasi kemungkinan bahwa garis-garis ini dapat menjadi kunci untuk membuka sumber energi yang bebas dan tak terbatas. Tim yang terdiri dari ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu dan pakar geologi, arkeologi, dan teknologi canggih ini berupaya menganalisis hubungan antara garis ley dan fenomena alam dan buatan di seluruh dunia.
Titik awal penelitiannya adalah situs Stonehenge yang terkenal di Inggris, salah satu tempat paling ikonik yang terkait dengan ley line. Dengan bantuan teknologi pemindaian presisi tinggi dan sensor elektromagnetik, tim melakukan pemetaan energi komprehensif di area tersebut. Hasilnya mengungkapkan pola yang mengejutkan: garis energi sejajar dengan monumen megalitik dan kuil kuno di seluruh dunia.
Dari sana, tim menuju ke lokasi penting lainnya seperti piramida Giza di Mesir, kuil Angkor Wat di Kamboja, dan Machu Picchu di Peru. Di setiap situs, mereka menemukan bahwa struktur kuno tidak hanya sejajar tepat pada garis ley, tetapi juga memancarkan medan energi yang tidak biasa yang tampak diperkuat di sepanjang garis tersebut.
Penemuan awal mengarahkan tim untuk merumuskan teori yang berani: peradaban kuno bisa saja menggunakan garis ley untuk mengakses suatu bentuk energi yang masih belum sepenuhnya kita pahami. Jika jalur-jalur ini mengandung energi yang signifikan, maka jalur-jalur tersebut dapat menjadi kunci untuk mengembangkan sumber energi yang bebas dan tak terbatas bagi umat manusia.
Dr. Ros dan timnya membangun perangkat eksperimental berdasarkan prinsip resonansi magnetik dan energi elektromagnetik. Perangkat tersebut, yang disebut "Ley Energy Catalyst" (CEL), dirancang untuk menangkap dan memperkuat energi di sepanjang garis ley. Setelah pengujian di beberapa lokasi, tim berhasil memperoleh hasil yang mengejutkan: kemampuan CEL dalam menghasilkan energi meningkat secara eksponensial jika disejajarkan dengan garis ley.
Penemuan ini menyebabkan kegemparan di komunitas ilmiah dan kalangan teknologi maju. Jika teori ini terverifikasi, berarti umat manusia dapat mengakses sumber energi yang tidak terbatas, tanpa memerlukan bahan bakar fosil atau bentuk energi lain yang menimbulkan polusi.
Namun, berita tentang terobosan ini tidak luput dari perhatian para elit global dan perusahaan energi. Kemungkinan energi yang bebas dan tidak terbatas mengancam kepentingan ekonomi yang kuat di sektor energi. Tekanan dan sabotase mulai meningkat, berusaha mencegah penemuan tersebut dipublikasikan.
Terlepas dari tantangan dan hambatan yang ada, Dr. Ros dan timnya melanjutkan penelitian mereka secara rahasia, menggunakan jaringan kolaborator yang berkomitmen pada tujuan tersebut. Tujuan mereka adalah mengembangkan teknologi yang dapat digunakan dengan aman dan dapat diakses oleh seluruh umat manusia, dibandingkan membiarkannya menjadi sumber daya yang dikuasai oleh segelintir orang.