Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Wu Zetian: Permaisuri Pertama yang Memerintah Tiongkok

17 Juli 2024   11:24 Diperbarui: 17 Juli 2024   11:24 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Wu Zetian, sumber:devianart)

Tahukah anda siapa satu-satunya permaisuri yang memerintah Kekaisaran Tiongkok? Saya akan menceritakan sedikit tentang kisah perjalanan hidup Wu Zetian kepada anda, simak dan baca sampai selesai!

Dalam catatan sejarah yang penuh dengan raja dan kaisar, sosok Wu Zetian menonjol, satu-satunya wanita yang duduk di singgasana kekaisaran Tiongkok, bukan sebagai permaisuri, melainkan sebagai penguasa absolut. Kisah luar biasa ini dimulai pada periode yang penuh gejolak dan menakjubkan: Tiongkok abad ke-7, di bawah Dinasti Tang, salah satu era paling berkembang dalam sejarah Tiongkok.

Lahir dari keluarga bangsawan pada tahun 624 M, Wu Zetian pertama kali naik pangkat melalui hierarki sosial sebagai selir junior Kaisar Taizong. Setelah kematiannya, karena melanggar semua peraturan, dia tidak pensiun ke biara seperti biasanya. Sebaliknya, ia menjadi permaisuri putra Taizong, Kaisar Gaozong. Kenaikan kekuasaannya merupakan hal yang licik sekaligus kontroversial, dikelilingi oleh misteri dan, menurut beberapa pihak, merupakan intrik yang mematikan.

(Wu Zetian, sumber:devianart)(Wu Zetian, sumber:devianart)
(Wu Zetian, sumber:devianart)(Wu Zetian, sumber:devianart)

Kecerdasan, karisma, dan keterampilan politiknya memungkinkan dia mengkonsolidasikan kekuasaannya secara efektif. Setelah kematian Gaozong pada tahun 683, Wu Zetian memerintah melalui putra-putranya, Kaisar Zhongzong dan Ruizong, yang hanya sekedar boneka dibandingkan dengan kehadirannya yang luar biasa. Akhirnya, pada tahun 690, ia mendeklarasikan pendirian dinasti Zhou dan menyatakan dirinya sebagai bupati permaisuri, sebuah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Tiongkok.

Pemerintahan Wu Zetian ditandai dengan kepekaan administratifnya yang tajam dan manipulasi politik yang cerdik. Dia melakukan reforma agraria yang menguntungkan kelompok paling tidak beruntung dan mengangkat orang-orang dengan status sosial rendah berdasarkan bakat dan kemampuan mereka, melanggar tradisi aristokrat saat itu. Pada gilirannya, ia dikelilingi oleh para cendekiawan dan penyair, yang berkontribusi terhadap kemegahan budaya Dinasti Tang.

Tidak seperti penguasa lain pada masa itu, Wu Zetian adalah seorang pendukung besar agama Buddha, yang ia gunakan untuk melegitimasi pemerintahannya. Dia terlibat dalam pembangunan kuil dan patung Buddha raksasa, dan dikatakan telah menyatakan dirinya sebagai inkarnasi Buddha, sebuah manuver politik untuk memperkuat posisinya sebagai penguasa perempuan.

Pada masa pemerintahannya, Wu Zetian berhasil memperluas perbatasan Kekaisaran Tiongkok secara signifikan, khususnya ke arah Asia Tengah. Kampanye militer ini tidak hanya memperluas pengaruh Tiongkok, namun juga mengamankan jalur perdagangan penting sebagai bagian dari Jalur Sutra yang terkenal.

(Wu Zetian, sumber:devianart)
(Wu Zetian, sumber:devianart)

Namun, pemerintahannya juga dirusak oleh kebrutalan dan penindasan. Dia dikatakan telah menyingkirkan semua orang yang dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaannya, termasuk anggota keluarganya sendiri dan sejumlah pejabat tinggi. Tindakan tersebut telah menimbulkan campuran rasa hormat dan ketakutan dalam ingatan sejarah sosoknya.

Tidak dapat disangkal bahwa Wu Zetian adalah penguasa yang luar biasa di masa dimana peran perempuan sangat terbatas. Warisannya rumit: di satu sisi, seorang penguasa yang cakap dan visioner; di sisi lain, sosok yang lalim dan kejam.

Kematiannya pada tahun 705 menandai berakhirnya dinasti Zhou yang singkat dan pemulihan Dinasti Tang. Namun dampaknya terhadap sejarah Tiongkok dan peran perempuan dalam politik tidak diragukan lagi. Wu Zetian tidak hanya menentang norma-norma pada masanya, dia juga meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah, membuktikan bahwa seorang wanita dapat memerintah dengan keterampilan dan kekuatan yang sama besarnya dengan kaisar mana pun.

Saat ini, kisahnya terus menimbulkan intrik dan memicu perdebatan di kalangan sejarawan dan penggemar. Apakah Wu Zetian adalah seorang pemimpin yang progresif dan reformis, atau seorang perampas takhta yang kejam? Mungkin jawaban sebenarnya terletak di tengah-tengah kedua ekstrem ini, dalam bayang-bayang kisah yang terus memikat dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun