Tidak dapat disangkal bahwa Wu Zetian adalah penguasa yang luar biasa di masa dimana peran perempuan sangat terbatas. Warisannya rumit: di satu sisi, seorang penguasa yang cakap dan visioner; di sisi lain, sosok yang lalim dan kejam.
Kematiannya pada tahun 705 menandai berakhirnya dinasti Zhou yang singkat dan pemulihan Dinasti Tang. Namun dampaknya terhadap sejarah Tiongkok dan peran perempuan dalam politik tidak diragukan lagi. Wu Zetian tidak hanya menentang norma-norma pada masanya, dia juga meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah, membuktikan bahwa seorang wanita dapat memerintah dengan keterampilan dan kekuatan yang sama besarnya dengan kaisar mana pun.
Saat ini, kisahnya terus menimbulkan intrik dan memicu perdebatan di kalangan sejarawan dan penggemar. Apakah Wu Zetian adalah seorang pemimpin yang progresif dan reformis, atau seorang perampas takhta yang kejam? Mungkin jawaban sebenarnya terletak di tengah-tengah kedua ekstrem ini, dalam bayang-bayang kisah yang terus memikat dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H