Tahukah anda bahwa perpustakaan Alexandria adalah pusat kebudayaan terbesar di zaman kuno? Saya akan menceritakan sedikit tentang sejarah dan fakta menarik dari perpustakaan Alexandria. Simak dan baca sampai selesai!
Sejarah Perpustakaan Alexandria adalah kronik yang diselimuti misteri dan keajaiban dunia kuno yang terpesona oleh pengetahuan dan pembelajaran. Didirikan pada abad ke-3 SM, lembaga ikonik ini tidak hanya merupakan perpustakaan dalam pengertian konvensional, tetapi juga kompleks budaya yang luas yang mencakup ruang baca, taman, ruang makan, ruang pertemuan dan auditorium, dan bahkan kebun binatang.
Selain sebagai perpustakaan, kompleks ini juga memiliki museum (mouseion), yang berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengajaran, menarik para intelektual dari seluruh dunia kuno. Museum ini adalah semacam universitas yang mencakup ruang belajar, observatorium, dan kebun raya.
Alexandria, Mesir, di bawah pemerintahan Ptolemy I Soter, salah satu jenderal Alexander Agung, adalah tempat terjadinya upaya luar biasa ini. Visinya jelas: menyatukan semua pengetahuan dunia di bawah satu atap. Para sarjana perpustakaan dengan cermat menerjemahkan setiap karya yang ada di tangan mereka, menyimpan karya asli dan terjemahan.
Jumlah gulungan papirus yang terdapat di dalamnya masih diperdebatkan, namun perkiraan menunjukkan jumlahnya mungkin antara 40.000 dan 700.000. Gulungan-gulungan ini mencakup spektrum pengetahuan yang sangat luas, mulai dari sastra, filsafat, kedokteran, astronomi, matematika, hingga teks-teks keagamaan dan magis yang misterius.
Namun apa yang menyebabkan kemunduran dan kehancurannya? Di sinilah misterinya semakin dalam. Ada beberapa teori: mulai dari penaklukan Alexandria oleh Julius Caesar pada tahun 48 SM, yang konon menyebabkan kebakaran yang merusak perpustakaan, hingga dominasi Muslim di Mesir pada abad ke-7, di mana Khalifah Umar konon memerintahkan pembakaran gulungan tersebut untuk memanaskan air pemandian kota.
Hilangnya Perpustakaan Alexandria bukan hanya sekedar hilangnya sebuah bangunan atau kumpulan teks; Ini merupakan punahnya mercusuar pengetahuan manusia, pusat pembelajaran dan penelitian yang tak tertandingi dalam sejarah.Â
Namun, warisannya tetap bertahan, mengilhami hasrat umat manusia yang tak terpuaskan akan pengetahuan dan pemahaman tentang dunia di sekitar kita bahkan hingga saat ini. Kisahnya mengajarkan kita tentang kerapuhan budaya dan pengetahuan, serta pentingnya melindungi mereka dari kekuatan kebodohan dan kehancuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H