Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinasti Ottoman: Kisah Epik Penuh lntrik dan Ambisi

10 Juli 2024   22:03 Diperbarui: 10 Juli 2024   22:04 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)

Jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 di bawah Sultan Mehmed II menandai dimulainya era baru Kesultanan Utsmaniyah. Kota ini, berganti nama menjadi Istanbul, menjadi ibu kota baru kekaisaran dan simbol kekuatan dan kebesarannya. Dari sana, Ottoman terus berkembang, menguasai wilayah yang luas di Eropa, Asia dan Afrika.

Permulaan Kesultanan Utsmaniyah ditandai dengan visi dan tekad para pemimpin seperti Ertugrul dan Osman. Melalui aliansi strategis, kebijakan integrasi dan administrasi yang efisien, mereka berhasil meletakkan fondasi sebuah kerajaan yang akan bertahan lebih dari 600 tahun. Tidak diragukan lagi, sejarah Kesultanan Utsmaniyah merupakan bukti kekuatan ambisi, kemampuan beradaptasi, dan ketahanan dalam membangun peradaban besar.

(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)
(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)

Dunia semakin berubah, dan Kesultanan Utsmaniyah meski memiliki kehebatan, belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan-tantangan yang akan terjadi pada abad-abad mendatang. Sementara di Eropa, Renaisans, Reformasi, dan Revolusi Industri mengubah seluruh masyarakat, Ottoman menghadapi kesulitan beradaptasi dengan realitas baru ini. Inovasi dalam seni militer, dinamika ekonomi global yang berpusat di Atlantik akibat kebangkitan Amerika, dan gerakan nasionalis di dalam negeri menghadirkan tantangan besar bagi kekaisaran tersebut.

Memasuki abad ke-19, "orang sakit di Eropa", sebutan yang dulunya merupakan negara Ottoman yang kuat, kini terguncang akibat perang, pemberontakan internal, dan tekanan dari kekuatan asing. Semakin banyak kekaisaran yang harus membuat konsesi yang memalukan, menyerahkan wilayah, dan menerima pengaruh asing dalam urusan dalam negerinya.

(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)
(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)

Ketika negara-negara pemenang sedang menggambar ulang peta dunia di Versailles pada tahun 1919, wilayah kekuasaan Utsmaniyah terpecah belah tanpa memperhatikan realitas sejarah atau etnis. Atatrk, seorang komandan militer yang karismatik dan ahli strategi yang cerdik, muncul dari ahli perang sebagai tokoh kunci dalam perlawanan terhadap penduduk asing dan dalam perjuangan untuk kedaulatan Turki. Perang kemerdekaan Turki yang terjadi setelahnya merupakan perpaduan antara diplomasi cerdik dan konflik bersenjata, yang akhirnya mencapai puncaknya dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923.

Pukulan terakhir bagi Ottoman tidak akan datang dari satu peristiwa saja, namun dari serangkaian bencana alam yang mengguncang fondasi dunia pada abad ke-20. Perang Dunia Pertama adalah bencana bagi kekaisaran. Bersekutu dengan Blok Sentral, Ottoman mendapati diri mereka berada di pihak yang kalah dalam sejarah. Kampanye militer, khususnya di Kaukasus, Gallipoli, dan Timur Tengah, meskipun seringkali dilakukan dengan gagah berani, menguras sumber daya dan moral kekaisaran.

(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)
(lstanbul, Trkiye, sumber: depositphotos/seqoya)

Untuk memahami kejatuhannya, pertama-tama kita harus membayangkan masa kejayaan kekaisaran. Sepanjang abad ke-15 dan ke-16, sultan Ottoman memperluas wilayah kekuasaannya dengan kecepatan dan efisiensi yang mencengangkan. Konstantinopel, yang jatuh pada tahun 1453 ke tangan Sultan Mehmed II yang masih muda, hanyalah permata mahkota sebuah kerajaan yang segera membentang di tiga benua. Masyarakat Ottoman adalah perpaduan budaya, agama, dan etnis yang dinamis, tempat di mana ilmu pengetahuan, seni, dan filsafat berkembang di bawah perlindungan para penguasa. Namun, di puncak kekuasaan ini, benih-benih kemunduran sudah mulai disemai.

Jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah adalah kisah yang dijalin dengan kompleksitas tragedi-tragedi besar, sebuah epik yang mencakup kejayaan dan kekuasaan selama berabad-abad sebelum berujung pada kemunduran yang tak terhindarkan. Kisah ini dimulai di dataran luas Anatolia, tempat suku-suku nomaden, di bawah bimbingan para pemimpin ambisius, meletakkan dasar bagi apa yang kemudian menjadi salah satu kerajaan paling bertahan lama dalam sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun