Mohon tunggu...
Nadya Yasmine Khaerunnisa
Nadya Yasmine Khaerunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa yang senang mengeksplorasi. Tertarik terhadap berbagai isu dan ingin menyumbangkan sudut pandang nya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masihkah Pendidikan Menjadi Kebutuhan?

26 Juni 2024   13:20 Diperbarui: 26 Juni 2024   16:00 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan tinggi saat ini rasanya telah menjadi kebutuhan utama, terutama di tengah ketatnya persaingan dalam mencari pekerjaan. Namun, saat ini kenaikan biaya pendidikan menjadi masalah utama. Kenaikan ini dapat berdampak pada pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi rakyat Indonesia.

Dilansir dari Kompas.id, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi (APK PT) pada 2024 sebesar 39,37 persen (Kemendikbudristek, 2022). Angka ini di bawah rata-rata global yang mencapai 40 persen (UNESCO, 2020). Bahkan, APK PT Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia (43 persen), Thailand (49,29 persen), dan Singapura (91,09 persen). Selain partisipasi yang rendah, dana yang digelontorkan juga hanya  0,6-1,6 persen dari total APBN.

Di beberapa negara, mahasiswa atau orangtua membiayai kuliah dengan mengambil pinjaman, yang kemudian dilunasi setelah mahasiswa tersebut lulus dan mulai bekerja. Bahkan, banyak universitas ternama dan berusia tua di dunia memiliki donatur yang menyumbangkan dana yang besar, hal ini memberikan kontribusi signifikan pada pendanaan kampus. Sayangnya, belum ada universitas di Indonesia yang memiliki keberuntungan serupa.

Di Indonesia sendiri sulitnya pendanaan pada universitas banyak dibebankan pada orang tua. Bahkan pada saat ini, biaya penyelenggaraan pendidikan bagi mahasiswa bahkan lebih besar dari tingkat inflasi. Biaya pendidikan kenaikannya yang tinggi ini disebabkan oleh keterlibatan tenaga berkualifikasi tinggi di dalamnya. 

Pada 2022, Kompas pernah mengeluarkan liputan Jurnalisme Data yang mengungkapkan bahwa orangtua Indonesia akan semakin sulit membiayai kuliah anak-anak mereka (Kompas.id, 28/7/2022). Hal ini disebabkan karena kenaikan biaya kuliah lebih tinggi dari kenaikan gaji warga Indonesia.

Untuk mengatasi hal ini, perlu upaya yang progresif dan komitmen pemerintah. Pemerintah memang sudah memberikan beberapa program beasiswa yang patut diapresiasi. Namun, masih dibutuhkan strategi yang lebih komperhensif dan kolaboratif dalam penyelesaian masalah ini. 

Indonesia harus belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil meningkatkan angka partisipasi pendidikan. Pendidikan tinggi merupakan kunci untuk daya saing bangsa, sehingga pemerintah wajib untuk memberikan hak berpendidikan bagi setiap individu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun